Notre DameKepada : Ali SugihardjantoWarih Wisatsana..Kata siapa daging harusmenggenggam duri di bumiagar paham lagu sorgawi..Seperti sejengkal sesal dari ajalgerbang lengang Notre Damekubuka perlahan dengan hening doaCuma debu, bisikkuYaa, melulu debuTapi itu bukan daging waktubukan daging dan darah waktuSeperti orang-orangseperti harapan si miskindalam remang kuulurkandengan bimbang lilin redup10 francsAku raba segala yang duluingin kuraba. Aku sentuhsemua yang dulu tak bisa kusentuh:Oh, gigilnya bulu-bulu salju bulan JanuariSia-sianya mantel kumal sepanjang musim!Sepanjang musim tersalib aku di bangku kayujadi si tua rabun, senasib malaikat ingkaryang terusir. Mengharap secercahcahaya keramat memulihkan penglihatannya.Cahaya langit menyilaukan yang terpantuldari kubah kaca aneka warnabiru, hijau, bahkan mungkin tak berwarnalurus menembus membasuh keruh mataMenembus samar ingatan suatu senja — saat akumerasa menyaksikan anak tuhan terpilihtengadah pasrah; remang jadi bayangjadi pahatan bisu dinding.Ah, ngilunya, luka berkarat di lambungdi telapak kaki, di kedua belah tangan!Pilunya aku, pilunya, semua kini melulu debuSegalanya melaju cuma jadi remah waktu!Tapi di katedral ini, raja-raja agung diurapiorang-orang besar diberkati. Kusentuh kuciumharum wangi jubah merekaUjung lidahku terasa pecah, terasa getirtercecap pahitnya takdirtercecap amis asin tetes liur si miskin!Oh, perjamuan terakhir–ratapanyang dikekalkan sesal di tembok berlumutYang dikekalkan di langitcucuran darah di kening yang berdurimahkota sunyi sorgamuDarah yang deras mengalirmenggenangi roti suci tak beragiremahan nyeriBercampur baur di anggurtetesan pilu tangiskuSuara parau lonceng tua sebelum ajalmemanggil kembali keluh sesal si penyangkalBerdentang, berdentang lagi tiga kalimenggenapi amar ampunan sepagi ini;Sakitnya lembut daging menggenggam duriNyerinya kini sayat hari digarami asin mimpi!Maka di kamar kaca pengakuan dosaIngin kulunasi hutang piutang kehidupanBersamamu mati berkali-kalibangkit berkali-kali.Rue Normandie Niemen, Orly. 1998-1999
Sunday, April 27, 2014
Puisi Notre Dame | Warih Wisatsana
Sunday, April 27, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment