Hari dan HaraSubagio Sastrowardojopada pertemuan begini mesratugas kita hanya mengalamitanpa berkata-katadan membiarkan air liur mengaliri kulit ari(ah, betapa sakit cinta menusuk hati)kita tinggal mengalamitapi tanpa bergumamtanpa mencatat kejadian seharibahkan tanpa mengulum dendang sajakhanya mengalamiberdua kita terbuang ke benua asingkini apa lagi yang tersisadaripada membuat diri terbiasakepada kehadiran saat inisudah terbasuh dendam dari dadatak perlu kita berpalingatau menanti kapan akan dipanggil kembaliruang kamar melingkupdan tangan terlalu sibuk membagi kartu di mejapermainan nasib antara kitatelah kulalui hutan belantarasekedar sampai kepada penjelmaan iniberupa ketelanjanganmu yang rela kujamahjiwa yang sendirimembutuhkan tubuh yang ramahapakah kau sendiri tak ngeriberbaring seorang diri di ranjangbiarkan aku jadi anjing setiayang menjaga kemanusiaanmuterbujur ke seberang malamaku ingin jiwamu tenteramtibamu di balik kelambutidak begitu kentaraapakah kau kukenal atau orang asingselalu ada batas pemisahantara nyawa dengan nyawayang membedakan laki dan betinatetapi sebelum menyingkir malam dari jendelatelah kutembus tirai keramatayam jantan berkokok di kebon tetanggabetapa nyaring terdengarselama kita masih sempat berbicaraperkawinan kita belum sempurnadalam terkenang kita hanya mengambangbelum tenggelam ke pusat nikmatluluh dalam paduan iramajadi diam semua nadayang tertampung hanya heninghening lena tak berisaratterdampar di tilam terakirharus kita putuskan hubungan sejarahseperti dulu pada awal musim(di gugusan sorga yang pernah tenggelam)kita tampil sebagai anak bugilyang lupa akan kebengalan hari silamdi sini masih mutlak kebebasancurahkan diri sepenuhnya dalam pelukanamboi, gila kita mengigalsampai terasa degup tunggalair dalammembangkitkan gairahku lama diamapa saja kini tak kutempuhmahluk kerdil yang biasa takutrela lenyap ke laut tubuhmusekedar menikmati kelakian yang penuhtak ada yang harambuat nyawa disiksa asmaramaut, aku tidak lagi pengecutmalam sebagai bukit hitammenghunjam ke dadaapa kau masih bisa tidurdi tengah kegelapan mengancamtidakkah nampak akir menjelangpada tapak kaki menghilangpeganglah erat tanganku menggapaitinggal kau satu-satunya yang bisa kusentuhsedang hasrat hidup masih penuhdi antara empat dindingaku belajar berdiam diridan mematikan kata di keningmimpi rahasia terbenam di sanubarisehabis gerhanabulan hamil dengan benih kenanganyang menuaaku yakindalam tubuhmu tertawan segenap nasibkuhidup tersitaketika kutengok dalam kacakulihat kau terbayang di mukaraut wajah yang samadan lekuk bibir itu diremas cintaletih debar jantung yang seiramatelah bertukar dua nyawakita tidak berbedaberpadu susu dan dadadi balik pesonaaku tidak mencari maknadi luar kamar pengenalan serba samartetapi sebelum tumbang semua lambangingin kurenggut kehadiranmu membekas di tikarsudah tersirat sinar pagi di gapuradekat gerbang diriku segera dinanti* di dalam nitologi Hindu Hari-Hara adalah personifikasi dewata dalam bentuk setengah laki-laki setengah perempuan
Friday, February 14, 2014
Puisi Hari dan Hara | Subagio Sastrowardojo
Friday, February 14, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment