Bapakku Telah PergiMardi Luhungmenemui pembakaranruang suci tempat selesaiantapi ekor-ekor yang ditinggalnyamembelit tubuhkumenciptakan jarak, yang ujungnyamasih dipegangnyabatasnya tak terabamaka jadilah itu: “Hantu”bapakku telah pergi, memangtapi hantunya itu demikian kuatdemikian mendesaksampai bagian dalam tubuhkubergetar, berpusar, sepertitubir, seperti gerigirsi sayap-sayap tembikaryang selalu melipatikuseperti melipati ladang-ladang itutanah harapan di manaaku telah menyerahkan kesetiaanbangkit dan runtuh, runtuh dan bangkitdan gelembung yang bugillewat dua puluh jari aku pahat. Kuberimata, mulut, telinga, hidung, dan organlalu beberapa kata: “Hantu tadi”lalu beberapa ekor: “Ujungnya di bapak”lalu sebuah meja, payung dan kursi“Selamat datang,” katakuaku dan gelembung pun saling berkatadan saling terbukaseterusnya sebuah percakapandemikian asal-mulaaku membikin sebuah lahan di gelembungdemikian seterusnya aku mengadasambil terus dilipati hantusambil terus berpegangan pada ekoryang ujungnya di bapakyang memberi nama padasetiap nama yang kupanggildan kuseruyang melingkupi bumidi mana akuterbaring atau berkelaminmenegak atau ditegakkanmenyedot atau disedotmenetak atau ditetaklalu menempeli keningkuseperti tempelan tato kelabuyang memancar bagai merkurikemudian merajuti setiapdiri anak-anakku dan anakdari anak-anakkudan membikin mereka percayajika tato kelabu dan lahan di gelembung itumemang terwaris atas kromosomkudan bukan atas hantu:“Hantu Bapak”bapakku telah pergi, memangmenemui pembakaranruang suci tempat selesaian…Gresik, 1995
Wednesday, January 29, 2014
Puisi Bapakku Telah Pergi | Mardi Luhung
Wednesday, January 29, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment