Malin KundangJoko PinurboMalin Kundang pulang menemui ibunyayang terbaring sakit di ranjang.Ia perempuan renta, hidupnya tinggalmenunggu matahari angslup ke cakrawala.“Malin, mana isterimu?”“Jangankan isteri, Bu. Baju satu saja robek di badan.”Perempuan yang sudah tak tahan merindu ituseakan tak percaya. Ia menyelidik penuh curiga.“Benar engkau Malin?”“Benar, saya Malin. Lihat bekas luka di keningku.”“Tapi Malin bukanlah anak yang kurus keringdan compang-camping. Orang-orang telah memberi kabarbahwa Malin, anakku, akan datangdengan isteri yang bagus dan pangkat yang besar.”“Mungkin yang Ibu maksud Maling, bukan Malin.”“Jangan bercanda, mimpiku telah sirna.”Walau sakit, perempuan itu memberanikan diri bertanya:“Ke mana saja engkau selama ini?”“Mencari ayah di Jakarta.”Lalu kata ibu itu: “Ayahmu pernah pulangdan aku telah sukses mengusirnya.”“Benar engkau Malin?” Ibu itu masih juga sangsi.Dan anak yang sudah lelah mengembara itu pun bicara:“Benar, saya Malin. Malin yang diam-diamtelah menemukan ayahnya dan membunuhnya.”Sambil memejamkan mata, perempuan itu berkata:“Bila benar engkau Malin, biar kusumpahi ranjangdan tubuhku ini menjadi batu.”Tapi ranjang tidak menjadi batu, dan perempuan itu punmasih di situ, seakan ada yang masih ditunggu.1999
Wednesday, January 29, 2014
Puisi Malin Kundang | Joko Pinurbo
Wednesday, January 29, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment