Biografi M. Fadjroel RachmanMuhammad Fadjroel Rachman (lahir di Banjarmasin, 17 Januari 1964; umur 50 tahun, adalah seorang peneliti, penulis, pengamat politik dan aktivis mahasiswa tahun 1980-an. Publik lebih mengenalnya sebagai Calon Presiden Independen sejak tahun 2009. Saat ini aktif mengembangkan Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia) atau Research Institute of Democracy and Welfare State, dan kerjasama internasional di jaringan Southeast Asian Forum for Democracy, dan Asia Pacific Youth Forum (Tokyo). Pernah aktif di Forum Demokrasi, Konfederasi Pemuda dan Mahasiswa Sosialis Indonesia (KPMSI), dan Masyarakat Sosial-Demokrat Indonesia (MSI/Ketua Badan Pekerja). Kandidat (42 besar) Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Sejumlah penelitian dan artikelnya dibukukan bersama seperti Social Democracy Movement in Indonesia (FES, 2001), May Revolution and Mass Media (Gramedia, 2001), dan Soetan Sjahrir: Guru Bangsa (PDP Guntur 49, 1999). Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat (Penerbit Koekoesan, 2007), Democracy Without The Democrats: On Freedom, Democracy, and The Welfare State (FES, 2007), Bulan Jingga Dalam Kepala (Novel, Gramedia, 2007), dan Indonesianisasi Saham Penanaman Modal Asing: Studi Tentang PT Freeport Indonesia (2013)
Masa Orde Baru sempat mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan akibat aktivitasnya menentang pemerintahan Jenderal Besar Soeharto dan Rezim Orde Baru semasa menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung.[3]
Fadjroel bersama lima rekannya dipindah-pindah dari penjara satu ke penjara lainnya. Dari tahanan Bakorstanasda, ia dipindah ke penjara Kebonwaru, lalu ke Nusakambangan, dan terakhir di Sukamiskin.
Fadjroel Rachman pernah kuliah di Jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), Program Pascasarjana S2 Fakultas Hukum Universitas Indonesia jurusan Hukum Ekonomi (lulus Summa Cum Laude), dan saat ini sedang menempuh program S3 di Program Pascasarjana FE UI.
Pergaulan dengan buku-buku itu mengantarkan pergaulannya dengan sejumlah budayawan dan intelektual seperti almarhum Soebadio Sastrosumitro, Mochtar Lubis, dan Soedjatmoko. Atas usulan Soedjatmoko pula ia terlibat dalam Forum Pemuda Asia Pasifik di Tokyo sampai sekarang. Pada tahun 1987-1989, tiga tahun setelah kuliah, Fadjroel bersama-sama dengan para aktivis mahasiswa lainnya melakukan advokasi untuk petani Kacapiring dan Badega.
Masih pada masa represif Soeharto, ia ditunjuk menjadi komandan lapangan dalam aksi long march sejauh 60 kilometer dari Kampus ITB menuju Cicalengka. Aksi itu sempat dibubarkan oleh polisi dengan menghujani peserta aksi dengan peluru karet.
Fadjroel bersama kawan-kawannya juga beraksi menolak kedatangan Rudini yang saat itu menjabat sebagai menteri dalam negeri. Buntutnya Fadjroel bersama lima rekan lainnya ditangkap. Mereka mendekam di ruang tahanan Bakorstranasda selama satu tahun sebelum akhirnya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara. Ia terlibat Gerakan Lima Agustus ITB (1989) yang menuntut penurunan Soeharto dan menjadi tahanan politik berpindah-pindah 6 penjara termasuk Sukamiskin dan Nusakambangan.
Di balik empat penjara yang dijalaninya, Fadjroel menulis puisi. Puisi-puisi yang dituliskan di balik terali penjara itu kemudian diterbitkan dalam kumpulan puisi Catatan Bawah Tanah. Mochtar Lubis berminat menerbitkan puisi-puisi yang tercantum dalam pledoinya, kecuali dua puisi yang dianggap terlalu keras padawaktu itu.
Thursday, January 30, 2014
Biografi M. Fadjroel Rachman
Thursday, January 30, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment