Hutan : Sebuah Cerita yang Purba
Ari Saptaji
selamat tinggal, adam, dan masuklah ke dalam hutan:
roh yang sekarat, dengan segenap indera
dia menjadi belantara solilokui berkepanjangan
bergumul dengan kayukayu, jamur dan onak
sedang ular mendesis di batangbatangnya
"hutan, bayang rahim persembunyian yang purba
sewaktu kita mengira bisa meloloskan diri
dari teguran yang membekukan syaraf: di manakah engkau?"
menghadapi hutan adalah mengadapi ketelanjangan
yang mendadak jadi memalukan dan dengan geram
dibabatnya: digusurlah hutan menjadi ladangladang,
kotakota, padang rumput dan fatamorgana
sedang benua tidak juga menyembuyikan keriput dosa
"ingin kupelihara hutan ini, pohonpohon
yang mengingatkan pada kemurnian taman semula
tetapi tanganku hanya tahu baik dan jahat
dan hatiku telah asing dan terbuang
sedang pohonpohon tidak jarang menjadi raksasa gelap
yang menggentarkan aku dan menonjok kelelakianku"
mengelupasi prasati lama pada selaput dalam
kulitkulit kayu, pakaian sunyi yang segera terkoyak
tidak memadai untuk ketelanjangan yang terus diburu
kutuk dan keringat: "ah, adam yang terengah
memimpikan pohon hayat di puncak hutan"
Yogya, 1992
Tuesday, May 18, 2010
Puisi Tentang Hutan : Sebuah Cerita yang Purba
Tuesday, May 18, 2010 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment