SerulingUsman ArrumyDari rumpun bambu tempatku bermukim dulukusampaikan dendamku melalui ratapan pilusetelah tubuhku ditebas, kulitku dikeratijiwaku dibakar api, dan tubuhku dilubangiSesungguhnya aku telah lama menanggung rindusetelah sekian waktu pisah dengan kampung halamankubetapa maklum jika kepadamu aku mendamba,sudi memanggil udara untuk menuturkan kidung dukasebab cuma dengan itu kau bisa tahu alangkah sedihsukma yang tersisih, begitu pedih jauh dari KekasihSekali kau tiup aku meliuk tumbuh jadi iramamenghimpun diri sebagai nada renjana-dukanabunyiku lebih luwes ketimbang pinggul pesindenlebih lentur dibanding kengiluan petani gagal panenKini, dihadapanmu, kupasrahkan keseluruhankuagar bibirmu bebas memagutku, jemarimu leluasa menjamahkubiar ia yang mendengar nuraninya tergetar, jantungnya berdebarAku muncul sebagai musik, mungkin lirih berbisiksemata agar kau tak terusik, agar kau tak lagi merasa bergidikDengan jiwa yang kepayang aku mencari sumber anginsembari menghalau rasa ingin, aku menggeliat dalam refreinDari rumpun bambu tempatku berasalakan kukisahkan cinta yang tak terlafalbersenandung kepada kau yang berkabungmelengkung jauh ke dalam jiwa-jiwa suwungMeski tak kau hirau, aku tabah menyimpan risausetelah aku merantau jauh ke ribuan pulausebab desir angin yang menjadi nafasmumungkin juga sempat menjadi bagian dari dirikuO, Kekasih, jumpai aku di tanah kelahirankudi sana akan kautemu nutfah yang kuwariskan kepadamusebab aku sudah tak bisa kembali, aku mesti mengembaramenyapa para pecinta dengan tembang nestapaJika suatu waktu, aku mengalun masuk ke gendang telingamukuharap kau tak lupa bahwa gema-gendingnya bermuara darimuDemi kau yang dadanya tersungkur karena ricau sangkuraku rela cerai dari indukku untuk menjelma sebagai pelipurAku akan melayang, memanggul kenangankuwajahmu membayang, di tengah lagu-sendukuDiam dan dengarkan, Kekasih, aku akan bersiuldemi menyampaikan suara batinku yang masygul
Sunday, November 9, 2014
Puisi Tentang Seruling | Usman Arrumy
Sunday, November 09, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment