Tukang Jagal Sialankepada: W.SWarih WisatsanaTukang jagal sialan, penyu hijauatau kura-kura batudari lubuk teluk mana lagiyang dungu terpikat meja laknatmuDini hari bunyi ngeri tubuh terbelahdan celoteh riuhmu adalah terorDewi teror yang menggedorgedorkamar sempit rumah siput penyairkuYang telinganya tuli karena badai pujianyang matanya kini rabunbertahun terhisap cahaya senyap bulanPenyair lalai 1000 tahun ini, kasihanilah oh puisikasihanilah ia sia-sia mengais remah kataMana sanggup merasakan kulit tipis terkelupasdaging putih suci yang berkilau piluSemalaman seperti penujum yang menunggu ilhamberkali ia menimbangulang bunyi mematutmatut artimabuk tepuk lalu melolong sendirian di depan cerminSakit apakah gerangan, ia resah, demam dirajamlamunan, membayangkan diri sesat jadi lalat hijausekarat hanyut diseret amis darahdikepung lengking parau tukang jagal sialanIa cemas, tibakah kini mautnya; kertas nganga jadi jurangsetiap huruf lenyap segala suara menagih nyawaPadahal ia hanya ingin berkhayal jadi batu bisu yang kekalIa cuma ingin nyaman angankan gaun putri malumaluyang tak pernah mau tahu hiasan indah di rambutnyasepotong tulang pelindung jantung si luguPenghuni kerajaan tenteram dasar lautanSorga kekal yang didamba penyair lalai 1000 tahunmu!1994-1996
Tuesday, May 13, 2014
Puisi Tukang Jagal Sialan | Warih Wisatsana
Tuesday, May 13, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment