Pencarian Cahaya dari Maha CahayaTajuddin BaccoSejak lama aku berlindungDari kemungkaranKemunafikanKepalsuanKekejianKekejamanTipu muslihatDibedaki wajah menjadi rupawanDikumandangkan pesan-pesan kebaikanDipancarkan cahaya menerangiDinyalakan lampu benderangDiulurkan tangan kasihDipersembahkan perilaku sopanDidendangkan nyanyian pucuk-pucuk daunanDipamerkan kecakapanDibeberkan garis-garis kehidupanDidedahkan jabatanDicernakan segenap diriDikenakan topeng dengan wajah berseriDisematkan berjuta bintangDisebarkan segala-galanyaHanya karena atas nama kecintaanBerlumuranlah hitam kopiBerlepotan nestapaBerkobarlah semangat kerinduanBerdenguslah nafas yang derasHingga:Gunung-gunung tumbuh liarBukit-bukit terserakSungai-sungai mengalir terusSerpihan debu-debu menyesakkanDingin menyungsum tulangKini setumpuk kekesalan terjadiKarena awan yang hitam menurunkan kilat danhujanSeperti membawa hukuman dari langitHalilintar yang menyengatPetir api yang menyala membelah cakrawalaSaga yang tertanam di matanyaTak sempat dibuang jauh-jauh dan menerkam setiapsaatSangat kusamlah hari-hari dan bulan-bulanMelintas batas rasio dan nalarTerhempas dalam biduk yang karamJentera hari yang lemahGampang tersuapi dengan segala kecantikan pribadiMeski ku tahu siapaMencinta siapaDicinta siapaDibenci siapaMasih tak menjawab secuilpun fatamorganaTerlalui sudah jalan yang ditempuhMemang nasib membawa badan berlariSarat dengan kealfaan demi kealfaanSarat dengan tanggung jawab moral yang tinggiTerlebih-lebih lagi:Terlangar rambu-rambuDari sisi jalan yang dilaluiPerangkat buaian dinikmatiSepinya malamAngin laut selatanDeru pasir beterbanganPeluk dan cium kemesraanInilah: genggaman yang eratDilepas engganDibiarkan: bertobatMenghangatkan kebebasanAdalah sengketa hati dan perasaanKinilah saatnya tercipta pembalasantiang gantunganSebab semua orang menyaksikanKe mana-mana pergi menawarkan diriKepada puncak-puncak bangunanKepada gemeretak kemajuan zamanSematkan kertas-kertasKian hari lusuh dilumat berbagai keinginanMembaca dan gilaKe manakah lagi hendak dipersembahkanKarena sangat naïf membasuh kaki berkubang lumpurMengadu kepada siapaMenghujat kepada kelakuanMenyusup pada pagar yang selama ini menjadicahaya mataSang mutiara yang selalu dipelihara dan dirawatDikontrol dan selalu dicuci pada sungai-sungai kakilangitKebersihan imanAkh, nestapaKau gampang menciptakan kegemaranLalu menghempaskan yang mabuk dan ngeyelLalu menghempaskan batin dan ragaDi belantara misteri yang tak pernah aku mengertiSeringkali aku segera ingin berpaling dariJerat-jerat cintamuSemakin kujalaniSemakin susah dapat kupahamiSedalam laut pengertian diberikanSangat luas hayati disuguhkanSangat benar saranmu yang manis bagai maduNikmat bagai anggurDari sini setiap saat dipanggil namamuDiteriakkan dalam diamDipasarkan dalam do’aDipeluk dalam segenap perasaan dan semuanyaWahai kasmaran yang didekap erat SatuKau bawa ke mana lagi saat-saat peristiwa terjadiMenggumpal dan terus mengkristalPerjanjian telah dibuatDigelar dari mulut ke mulutKasih sayangBetapa tulusnya,Bumi pun menyambutnya dengan keberanian danKegembiraanSebab dirinya sudah muak menampung faktaAtas nama cintaPadahal dorongannya:Menyeruak, menembus apa sajaBatas penghalang sudah kalahIa yang bebas bergerak lewat puisiIa yang bebas lewat senandungMembahanaMengguncangMeninabobokan semuanyaSusuk yang ditanam di dadakuSudah tak laku lagiSinarnya yang mulai redup karena tuaKarena rasa yang membuncah dan lupa daratanMenangis adalah airmataMenjadikan saksi-saksiMerasa kasihankah diri?Bersujud di sajadahBertasbih di bibir hati dan jiwaBerjuang melawan rasa:Kasih sayang yang kautumpahkan yangmelencengkan perasaanPenghujung waktu kian mendekatPukullah genderang peperanganHarus diusirkan dari dadaUsirlah semuanyaBerkata pada hari-hari yang berlaluTerlalu susah melarikan diri sendiriSebab sering kata-kata susah menjadi semanis maduSelalu saja terungkap kekecewaan dan lalu hancurMaka atas nama pencipta kasih dan sayang dan cintaBersandarlah pada lautan luasSemua ilmu menjadi suluhSemua harapan menjadi kesaktianDi sinilah kusodorkan diriku di hadapanmuMenunggu pengadilan dari hakimMeski buramnya pandanganku karena airmata yangturun bagai hujanPada latar pengorbanan iniHendaknya segeralah lepasTopeng-topeng kepalsuanKuberkata pada bumi: tampunglah batangan jiwa iniJanganlah kau dera lagi dirinyaSebab sifana telah lama menghukumnya dengan siksabatinnyaWahai aku ingin saja lari ke selimutmu buanaSebab tak kuat lagi rasanya menyimpan mistericiptaNya iniSebab tak jembar lagi batangan puisi ini menampunghari-harikuMeski bunga tetap harum semerbakMeski burung-burung tetap bernyanyi riangPencarian cahaya maha cahayaAdalah dari ikhlas ke ikhlas lagiTujuan akhir memasuki alam kekinian abadiYogyakarta, 10-9-2000
Wednesday, May 21, 2014
Puisi Pencarian Cahaya dari Maha Cahaya | Tajuddin Bacco
Wednesday, May 21, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment