Semenit Lalu Apel Lepas Perlahan dari Tangankepada: ArcanaWarih WisatsanaGampang terkelupas oleh sengat panaskulit tubuh ini tipismestinya bukan batas selapis napasSemenit lalu, ya semenit lalu, seperti biasasegelas bir tumpah tak sengaja di atas mejaSetengah mabuk seolah tengah khusuk berdoasepasang kekasih saling berbagi bisikDi dinding remang menulis pesan kenanganseperti grafiti penuh artiseakan ingin menjadi kaligrafi penuh janjibukan tubuh, melainkan ruh yang ingin kusentuhYa, semenit lalu, semua bahagia bertegur sapabertukar nama dan alamatDengan mata uang dilontarkan bergiliran ke udarasebagian tertawa menghitung peruntunganYang lain pura-pura percaya nujuman masa depan.Di lorong lengang seorang perempuan sawo matangmencuri ciuman di detik indah yang tak terbayangDi pantai ikan-ikan riang mencuri cahayadari kerlip bintang-bintangDua lelaki tua dari dua benua tak henti berceritamengenang nasib baik mereka di perang dunia kedua.Di tengah musik yang gaduh, menahan keluhsemut-semut beriringan mencari jalan pulangdi sela dupa yang letih menyala.Seperti biasa, ya seperti biasa, sopir taksi tiduranjing pun lelap tidur, berbagi dengkurTelevisi tak mati mati menayangkan gambar kaburanak-anak yang mengerang, yang kepalanya remukdi jalan setapak sebelum yerusalem sebelum bait suci.Di sini di detik yang sama, ibu muda jelitapitanya warna warni mimpinya warna warnibergegas menyeberangi malamlepas bergulingan disentuh embun jalananmengering seketika jadi arang di seberang.Semenit lalu, ya semenit lalu, tak adayang ingin lenyap menjadi asaptak ada yang ingin hilang jadi puing bayang.Lalu Tuhan; seperti biasa, ya seperti biasa.2002 - 2003
Wednesday, April 23, 2014
Puisi Semenit Lalu Apel Lepas Perlahan dari Tangan | Warih Wisatsana
Wednesday, April 23, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment