ReisMultatulinya TakinMardi LuhungKau menceritakan rempah-rempah bukan lewatlenganmu, tapi lewat lengan yangsepuluh jarinya telah kau buntungidan di sepuluh jari yang telah kau buntungi itukau juga menceritakan angsa-angsa yang berenangandi laut, warnanya putih, bagai butiran cahayayang lupa kembali ke ketinggian,angsa-angsa yang tak bosan berhikmat:“Tuan guru, jangan ajari kami untuk berdusta danbercinta sekaligus. Hati kami luka, kelamin kamiduka,” Lalu pelangi pun terbuka. Seperti ladang, aparempah-rempah juga akan kau tanam di sana?dan apa tak ada lain dalam kebusukan milikmuyang selalu berpikir tentang lenganmuyang selalu bersih dan berkilau itu? Wahai, rempah-rempah pun teruskau ceritakan, seperti menceritakan setiap yangberingsut di antara garam, ombak dan lokandi antara peluru, tombak dan mayat-mayatyang terapung, mayat-mayat yang asinmayat-mayat yang seluruh rambutnyamenelusupi dedasaran dan menyamarkan air matanyadi sisik ikanlalu sambil memainkan pecut, parut, danpisau, kau pun memeluki sekian pancang dancerobong yang datang lewat kegelapan danyang selalu mabukdi saat lengan yang sepuluh jarinya telah kaubuntungi itu, mengingat pada siapa saja yangpernah berbisik, dan pada siapa saja yang lewatbisikan itu menyengau: “Cermatlah pada tuan guru, tapilebih cermatlah pada siasat rempah-rempahnya,”sebab, setiap ada yang mengambil jalur dan anginyang lain, selalu dikilah: “Mengapa di setiaptimbanganku, selalu bercokol si pengibuldi punggungnya?” (Akh, kau menceritakanrempah-rempah bukan?)Gresik, 2006
Sunday, March 2, 2014
Puisi Reis "Multatulinya Takin" Mardi Luhung
Sunday, March 02, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment