Molto AllegroCecep Syamsul HariSeperti Neruda lelah menjadi manusia, malam ituaku pergi dan memanggil taksi.Ke mana? Ke mana saja, jawabku.Aku pun lewat di depan rumahmu.Namun telah lama kau pergi dari rumah itu,rumah itu, begitu saja, seperti dulu kau lari dari mimpi-mimpiku.Dari balik jendela, kota sungguh sepi.Bagai gunting di atas genting.Ajaib benar jika tiba-tiba bertemu Tuhan dan Tchaikovskydi sebuah persimpangan jalan.Tetapi perempuan-perempuan aneh itu terlalu beranimemamerkan tato mereka, di bahu yang terbuka.Aku takut sepatuku berdebu,jadi kuberi mereka lambaian tangan saja.Berhenti di depan Fame Stationseraya mengucapkan terimakasihpada sopir yang mengerti kesedihanku.Asia-Afrika, kau tidur seperti bayi.Bangun dan peluklah Don Quixote malang ini,pengembara penuh duka, jatuh cintaberulang kali pada perempuan yang sama.Perempuan yang sama.Orang dewasa yang selalu takjub pada kemurungantak terduga.Setiap satu langkah, kulihat makam ibuku,lembab oleh tangisan masa kecilku.Seperti Neruda lelah menjadi lelaki,aku berpikir mengakhiri dengan paksahidupku di sini.Namun kutemukan Mozart di kamarsebuah hotel dekat Simpang Lima.Molto Allegro. Molto Allegro.Adakah juga kekasihku menunggu di situ?Perjalananku berakhir di atas single-bed yang nyaman.Aku tertidur seperti buaian dan dalam mimpikuperempuan bersayap menyelasar tubuhku dengan ciuman-ciuman."Sungguhkah kau lelah menjadi lelaki?"bisiknya, ringan bagai udara kamar.Pagi, kutemukan jawaban kesedihanku malam itu:Risau atau murung atau kehilangansepasang alismu yang tebal.1997-2006
Friday, March 21, 2014
Puisi Molto Allegro | Cecep Syamsul Hari
Friday, March 21, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment