UpacaraSubagio Sastrowardojoajarilah bagaimana menjadi tuaterkuak gapura kesadaransehingga tampil kerajaan dalamtenunan kata mantrayang kuhamparkan pada hari-hari besardi bendul puraadalah untuk menyambut tamu turun tanggajika berkenan tibaapakah sempat memberi tandadengan kelining lonceng gentadi kuil pedandadi halaman yang tersapu bersihdengan tubuh putihaku menanti di bawah cemaraaku boneka yang butuh dihidupibukankah kesetiaan dan kesabaran sebagiandari upacarabulan yang berlayar di puncak batu candiadalah pengawal gawatyang memungkinkan lakon terjadidi manakah teluk sunyi yang tidak disinggahiair di mana pun sucijuga yang terpercik di korban bunga melatisetetes dari telaga purba yang saktisebelum ini kutanggalkan keinginan satu per satujiwa murni timbul dari siksaan sakit dan ngeripengabdian menuntut penderitaan yang dicari sendiriaku telah membasuh di pemandian tirtasaridan merasa tak bersalah seperti anak kembalimanusia selalu tinggal sebatang karatanggung jawab tertimpa pada seorang dirinyawa yang yatim minta dipeliharasaudara kandung yang lahir sebelum dan sesudahkubahkan bunda yang teringat mukanya dalam lamunantinggal terkurung dalam pengasingan masing-masingnasib terkungkung dalam penjara sepiketakutan tidak datang dari maut yang tiba-tiba hadirmelainkan dari pedih yang tak kunjung berakirjadikan aku anak emasyang tak lepas dari hatiadakah angan-angan yang lebih manisdaripada mengatasi kecemasandan bisa berlaku sebagai jantanterlimpah kasih kepada laki-laki gemilangbagimu aku putra pahlawanyang berani lebur dengan bayangan hilangketika api hari matiaku menari sebagai wayangmengikut getar langkah dewasatu gerak tubuh kembartingkah gending tabuh kebyardesah napas mengembus seiramadari pembakaran jenasah menyala merah sekar padma
Friday, February 14, 2014
Puisi Tentang Upacara | Subagio Sastrowardojo
Friday, February 14, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment