Perempuan yang Berumah di Tepi PantaiSubagio Sastrowardojobunga yang kusenangi kupasang di jendeladaun pintu terbukakursi lengang dekat mejalagi kupanggil namanya di lorong ratamenjauh langkah tergesabergema hampalampu di kamar tetap menyalatumpah di pangkuan surat lamalonceng mati di angka tigamasih yakin dia adatinggal aku diam terjagapagi rebah di pinggir desasinar hari membelah ruangrumah kosong nampak tuahiasan dinding tanpa gunadi pantai kembali surut air kelamke lubuk laut entah di manabetapa dalam sunyi menikamtikar pandan terhampar di lantaisandal sepasang tak terpakaikopi di cangkir belum tersentuhberapa lama harus bersimpuhmenanti sapa di mulut pintuucapan salam kepadakusemua sudah bersih di dalampakaian putih terlipat di tilambadan siap menyambut dia yang diharapingin diri meniarap lataberteriak seru maritapi setiap terbilang katabayangan hening laritubuhku rumah yang butuh dihunisuasana hampa damba akan isiair tenang menangis di rongga sunyiapatah kehadiran tanpa dihadirikemanusiaan minta saksilonceng bergoyang sebelum matitelah kusisir rambutku kusutkaca bening tergantung di sudutasal saja pecah hening inidibawa berbincang sepanjang pagiatau diam pandang-memandang mengajuk hatitamu, datanglah datangseandainya datang, aduhkubasuh kakinya sambil berdendangkusupkan nasi dengan tangan sendirikesendirian begitu ngerisetiap dia memalingkan wajahnya ke mariaku akan memekik girang ya aku di sinitak terlarai aku dan diadarat dan laut saling memadaihamba dan tuan berkait abadisudah terdengar ombak berdebur di karangsayup-sayup memanggil suara tersayanglekas ke pantai aku menjelang
Friday, February 14, 2014
Puisi Perempuan yang Berumah di Tepi Pantai | Subagio Sastrowardojo
Friday, February 14, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment