Panji Lanang KelanaSubagio Sastrowardojodi ruang sunyidi tengah dadaada lengkingada sakitberhenti bunyi jeram di bukitistana sudah kosongdi antara tiang batu rindu terbaringdarah mengentalmasih nyaring tuntutan tanahdari mana berasaldan bila kembalitaruhan yang salahtelah membuat diri mengembarabayangan rumah surut di cakrawalapada wajah silih bergantibelum bertemu apa yang dicaritopeng-topeng bisumengubur sisa harudi balik dindingbetapa larut sinar hariraut muka makin kejamsosok asing hanya mau ramah semalamkelana terkutuk tergolek di pinggir kota(yang bukan punya dia)sudah lama dia tidak bersolekmenyayangi rupa di kacahidupnya tidak untuk siapahanya untuk dirinya dia beradajadi kabur garis pintadia tidak lagi punya apawarisan yang masih adatinggal coretan mesum di kamarnyagambar semu yang kabur artinyadia tidak menyesalbahwa dia tinggal di bawah hujan bintangdan berjalan sebagai pangeranyang memburu dan diburu kasih sayangdia masih membutuhkan buktibahwa dia pernah di sinibayang diri terlempar di layar kenangandan disiksa di sana kekaldari pola ramuan nadaingin didengarnya kata-katalagu tidak bisa sempurnatanpa terjalin suara manusiabahasa merdu itu yang begitu dikenalnyabicaralah kirana madu kusumadi tengah kehampaan ditangkapnya gemahati melekat pada gejala yang dirabajari gemetar mengusut makna pada tubuh mempesonanestapa tumbuh dari bercumbu dengan duniadewi, di matamu membujuk nikmat sorgayang memberinya keberanianmenempuh kegelapanadalah benihyang mau membenam ke perut malamkalau tiada napsuapakah mungkin dia pahlawanmenapak benua tanpa kawanpada batas pajarbakal ditemuinya kepuasanpengalaman perawanyang menyimpan rahasia tak terjamahmengapa tidak dihisapnya segerasampai tetes getah penghabisanterkam sebelum kesempatan luput dari tanganserta hidup susut oleh usiadi mulut masih titik air selerasudah sekian saatdia menunggu dekat kayu membaradan melihat pijar terbasmilalu menyala berulang kalibulan tua terasing di gurun pasirdan dia seperti anjingmenggonggong mengusir sunyitidurnya diganggu oleh mimpi yang samanyawa laki dikejar dendam berahisejak termakan buah terlarangladang lama tinggal gersangdi dada telanjangtersurat nasib petualangselepas rindu merundung kekosongan barutidak setia jiwa jalang
Thursday, February 13, 2014
Puisi Panji Lanang Kelana | Subagio Sastrowardojo
Thursday, February 13, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment