Menghadapi MautSutan Takdir AlisjahbanaKulihat,Kurasakan:Peluru mendesing menembus kening,Pedang bersinau memenggal leher,danTergulinglah jasad di tanah:Darah mengalir merah panas.Sekejap pendek:Kaki melejang-lejang,Urat berdenyut meregang-regang.Sudah ituDiamSepiMati,Muka menyeringai pucat pasi.Datang mendorong dari dalam:Mana harapanku, mana cita-citaku?Sebanyak itu lagi ‘kan kukerjakan!Mana isteriku, mana anakku,karib handai tolan?Lenyapkah sekaliannya selama-lamanya?Kelam!Ngeri!Tanganku mengapai-gapai:orang karam mencari ranting.Wahai nasib,Sebanyak itu perjuangan!Sebanyak itu pengikat!Pemberat hati kepada dunia!Sedangkan,Dari semula telah kutimbang,Kupikir, kurenung matang-matang:Ditengah peperangan seluruh buana,Hebat dahsyat tiada beragak:Bom peluru mungkin menghancur remuk,Perampok penyamun mungkin menggolok,Disentri, kolera, lapar mungkin mencekik …Dan diantara mati perlbagai mati,Bukankah ini telah kupilih,Dengan hati jaga, mata terbuka?Wahai rahsia hidup!Penuh pertentangan, penuh kesangsian!Berat sungguh menjadi manusia!Tahanan Seksi Tanah Abang, Januari 1945Dari: Majalah Pembangunan, Tahun I, No. 19-20, 10-25 September 1946.
Thursday, February 13, 2014
Puisi Menghadapi Maut | Sutan Takdir Alisjahbana
Thursday, February 13, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment