Bersimpuhlah di hadapan BundaM.Fadjroel Rachmanterkasih, mencium kedua pipinya, kemudianmemohon doa-restunyaSebab sipir-sipir maha-tahu dan maha kuasaserta tukang-tukang sihir haus darah dankekuasaan mengintai kita dari segalapenjuruMereka bagai karbon monoksida yangberkeliaran di ruang-waktu meracuni darahmerahmu dan menghisap sel-sel syarafmuTak ada lagi keamanan di negeri ini, engkaubisa saja raib tanpa seorangpun sahabat ataukerabatmu mengetahuinyaDan hanya ikan di kali-kali yang menangisikepergianmuLalu siapa yang akan mengabarkan kepedihanini kepada Bunda terkasih?Ah, bila penguasa tak suka padamu, lebih baiksebelum pergi dari rumahmu, ucapkanselamat tinggal pada kerabat-kerabat dansahabat-sahabatmuBeri makan binatang-binatang kesayanganmudan katakan, “Hari-hari semakinmengerikan, penuh darah dan kekejaman dinegeri ini, mudah-mudahan kita bisaberjumpa lagi di saat makan siang nanti,atau dalam ribuan hari lagi, atau malah tidakkembali sama sekali”(Ah, kenangkanlah segala impian, mimpi burukdan kebahagiaan kecil yang kita alamihingga hari terakhir kehidupan kita)Engkau boleh saja berteriak itu barbar, takberadab, memperkosa keadilan, akal budidan hati-nuraniTapi apalah artinya teriakan-teriakanmu bilasipir-sipir maha-tahu dan maha-kuasa sertatukang-tukang sihir haus darah dankekuasaan menjerat tali gantungan kelehermu dan menutup pernapasanmu,kemudian membakar kornea matamu, danmemisahkanmu tiba-tiba dari Bunda terkasih,sahabat-sahabatmu serta kerabat-kerabatmuYa, kita harus bersimpuh di hadapan Bundaterkasih, mencium kedua pipinya, kemudianmemohon doa restunyaKarena kita tak tahu, apakah akan berjumpalagi dengan Bunda terkasih, segalanya serbatak pasti. Manusia serta kehidupan takberharga sama sekali di negeri iniKita juga tak tahu siapakah yang bakalmengabari Bunda terkasih dan menghiburnyadi hari-hari dukanyaSebaiknya, tinggalkanlah secarik kertas dipembaringan yang bakal kita tinggalkan,semoga Bunda masih mencium kehadiran danmendengar getar kesakitan suara kita daribalik terali besi penyiksaan atau dari balikdebu-debu beku pengubur tubuh kering kita.Dan tuliskanlah, (Mungkin ini tulisanterakhir di batu nisan nanti? Akanbernisankah kuburan kita nanti?) “If the manwho wants to build up a better life for thePeople (the oppressed and exploited people)and fight for it and build up democracy, socialjustice, human rights, sovereignty of thepeople in the realm of politics, economic andculture; because he believes in brotherhood,individual uniqueness, man’s curiousity (thestrength of man’s reason) and he is the heresyfor himself must be called a rebel; so then callme a rebel”Setidaknya Bunda kita terkasih bisa mengertibila tak ada seorang pun di muka bumimemahami manusia mabuk dan kesepiansemacam kitaPercayalah Bunda terkasih pasti memahamiBunda terkasih pasti memahamiKebon Waru, Desember 1989
Tuesday, February 4, 2014
Puisi Bersimpuhlah di hadapan Bunda | M.Fadjroel Rachman
Tuesday, February 04, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment