Tuesday, February 4, 2014

Puisi Bersimpuhlah di hadapan Bunda | M.Fadjroel Rachman


Bersimpuhlah di hadapan Bunda
M.Fadjroel Rachman

      terkasih, mencium kedua pipinya, kemudian
      memohon doa-restunya

Sebab sipir-sipir maha-tahu dan maha kuasa
      serta tukang-tukang sihir haus darah dan
      kekuasaan mengintai kita dari segala
      penjuru
Mereka bagai karbon monoksida yang
      berkeliaran di ruang-waktu meracuni darah
      merahmu dan menghisap sel-sel syarafmu
Tak ada lagi keamanan di negeri ini, engkau
      bisa saja raib tanpa seorangpun sahabat atau
      kerabatmu mengetahuinya
Dan hanya ikan di kali-kali yang menangisi
      kepergianmu
Lalu siapa yang akan mengabarkan kepedihan
      ini kepada Bunda terkasih?
Ah, bila penguasa tak suka padamu, lebih baik
      sebelum pergi dari rumahmu, ucapkan
      selamat tinggal pada kerabat-kerabat dan
      sahabat-sahabatmu
Beri makan binatang-binatang kesayanganmu
      dan katakan, “Hari-hari semakin
      mengerikan, penuh darah dan kekejaman di
      negeri ini, mudah-mudahan kita bisa
      berjumpa lagi di saat makan siang nanti,
      atau dalam ribuan hari lagi, atau malah tidak
      kembali sama sekali”
(Ah, kenangkanlah segala impian, mimpi buruk
      dan kebahagiaan kecil yang kita alami
      hingga hari terakhir kehidupan kita)

Engkau boleh saja berteriak itu barbar, tak
      beradab, memperkosa keadilan, akal budi
      dan hati-nurani
Tapi apalah artinya teriakan-teriakanmu bila
      sipir-sipir maha-tahu dan maha-kuasa serta
      tukang-tukang sihir haus darah dan
      kekuasaan menjerat tali gantungan ke
      lehermu dan menutup pernapasanmu,
      kemudian membakar kornea matamu, dan
      memisahkanmu tiba-tiba dari Bunda terkasih,
      sahabat-sahabatmu serta kerabat-kerabatmu

Ya, kita harus bersimpuh di hadapan Bunda
      terkasih, mencium kedua pipinya, kemudian
      memohon doa restunya
Karena kita tak tahu, apakah akan berjumpa
      lagi dengan Bunda terkasih, segalanya serba
      tak pasti. Manusia serta kehidupan tak
      berharga sama sekali di negeri ini
Kita juga tak tahu siapakah yang bakal
      mengabari Bunda terkasih dan menghiburnya
      di hari-hari dukanya
Sebaiknya, tinggalkanlah secarik kertas di
      pembaringan yang bakal kita tinggalkan,
      semoga Bunda masih mencium kehadiran dan
      mendengar getar kesakitan suara kita dari
      balik terali besi penyiksaan atau dari balik
      debu-debu beku pengubur tubuh kering kita.
      Dan tuliskanlah, (Mungkin ini tulisan
      terakhir di batu nisan nanti? Akan
      bernisankah kuburan kita nanti?) “If the man
      who wants to build up a better life for the
      People (the oppressed and exploited people)
      and fight for it and build up democracy, social
      justice, human rights, sovereignty of the
      people in the realm of politics, economic and
      culture; because he believes in brotherhood,
      individual uniqueness, man’s curiousity (the
      strength of man’s reason) and he is the heresy
      for himself must be called a rebel; so then call
      me a rebel”

Setidaknya Bunda kita terkasih bisa mengerti
      bila tak ada seorang pun di muka bumi
      memahami manusia mabuk dan kesepian
      semacam kita

Percayalah Bunda terkasih pasti memahami
Bunda terkasih pasti memahami

Kebon Waru, Desember 1989


Anda sedang membaca kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Bersimpuhlah di hadapan Bunda | M.Fadjroel Rachman dan anda bisa menemukan kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Bersimpuhlah di hadapan Bunda | M.Fadjroel Rachman ini dengan url http://kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2014/02/puisi-bersimpuhlah-di-hadapan-bunda.html,anda juga bisa meng-click kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Bersimpuhlah di hadapan Bunda | M.Fadjroel Rachman Tetapi dilarang merubah isi maupun mengganti nama penyair/pengarang nya karena bertentangan dengan HAKI, semoga anda ter-inspirasi dengan karya Puisi Bersimpuhlah di hadapan Bunda | M.Fadjroel Rachman salam Karya Puisi

0 komentar:

Post a Comment

 

kumpulan karya Puisi | Copyright 2010 - 2016 Kumpulan Karya Puisi |