AyunanSlamet SukirnantoAda saatnya kita mempermainkan waktuMaju-mundur menyentuh ujung ruangMendesak kekosonganBerayun, pelan, berayun, buyungSambil pejamkan mata barang sejenakNikmati sekilas kegelapan dan binar-binar temaramSebelum hapus oleh kilatan pijar terangBerayun, pelan, berayun, buyungHirup puas udara segar lapanganSebelum angkasa menciut, racun gadus berdesakanMembangun jasad tidur yang letihBerayun, pelan, berayun, buyungAndaikan sempat bertutur berkepanjanganTentang mengurai jiwa yang kusutBagaimana mengulur di arena keluasan?Berayun, pelan, berayun, buyungAdakah burung-burung akan singgah, seperti yang sudahMenuturkan pengembaraan di alam tak bertepiDan sorga tinggal dijangkau setapak lagiBerayun, pelan, berayun, buyungKe mana arah gema mencari pantulanJanganlah lengah pengamatan jauh jauhDan alamat lengkap pusat sasaranBerayun, pelan, berayun, buyungAlun irama berturut tanpa suaraPerahu lepas mengarungi laut bayanganSenandung ihwal pendaratanBerayun, pelan, berayun, buyungSusul-menyusul awan di dinding langitMenebal pada cadar tirai tamasyaMembenahi gelombang gumpalan maknaBerayun, pelan, berayun, buyungTahankan dahaga meratapi dinding tenggorokanLukisan telaga sumber pusaranSekeping wilayah memancar kebeninganBerayun, pelan, berayun, buyungPandanglah menatap, di balik segalanyaPanahlah dengan bijak kabut remang di sanaDan tiliklah seandainya semesta memagar batasBerayun, pelan, berayun, buyungSuara-suara lirih tiada memantul gemaAda yang meraih lepasMenghambur wilayah terbukaBerayun, pelan, berayun, buyungBila tiba di belakang, undurkan semusim lagiMasa lampau yang lengkap dalam kuburnya mengerangMenggapai, meraih detik-detiknya yang hilangBerayun, pelan, berayun, buyungBila tiba di muka, ujung jari kaki menyentuhBatas tepian dengan fanaEsok hari kan di sana, jika musim memberi pertandaBerayun, pelan, berayun, buyungPegang kuat-kuat tambang-tambang keyakinanPeganglah kuat-kuat tambang-tambang angan-anganBalikkan ke empat penjuru, dengan mata menantang.Berayun, pelan, berayun, buyungAdakah yang tersisa dari bersit megahKetika cemas menikamkan ujungnyaDan gontai melangkah harimau lukaBerayun, pelan, berayun, buyungBagaikan menyeberangi arus kaliDi sini kemudian reda melecut lepasBagian lain yang mengandung gaibBerayun, pelan, berayun, buyungAda yang menggeser, bayangan terlempar jauhTanpa bekas di dataran iniAdakah tragedi lakon menggelar bumi?Berayun, pelan, berayun, buyungPagar kawat merantai tepiAdakah gelegak getaran arusMasuk ke dalam. MenembusBerayun, pelan, berayun, buyungBagaikan dewa ruci melayang menjelajah samudraKadang menukik menggigir lembah ajaibMelahap daun kering lantunan suciBerayun, pelan, berayun, buyungTengok jam berapa sudah, hari masih tinggiDan nyanyian belum surut sudahMengajak bersenda mengayun waktuBerayun, pelan, berayun, buyungSebenarnya dirimu tidak jauh dari bumiTetapi betapa sulitnya menapakkan kakiHanya sehasta jarak kita, hanya sehasta...1972
Sunday, February 16, 2014
Puisi Ayunan "Berayun, Pelan, Berayun, Buyung" | Slamet Sukirnanto
Sunday, February 16, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment