Penumpang Terakhiruntuk Joni AriadinataJoko PinurboSetiap pulang kampung, aku selalu menemui bang becakyang mangkal di bawah pohon beringin itu dan memintanyamengantarku ke tempat-tempat yang aku suka.Entah mengapa aku sangat suka tamasya dengan becaknya.Mungkin karena genjotannya enak, lancar pula lajunya.Malam itu aku minta diantar ke sebuah kuburan.Aku akan menabur kembang di atas makam nenek moyang.Kuburan itu cukup jauh jaraknya dan aku khawatir bang becakakan kecapaian, tapi orang tua itu bilang tenang tenang.Sepanjang perjalanan bang becak tak henti-hentinya berceritatentang anak-anaknya yang pergi merantau ke Jakartadan mereka sekarang alhamdulillah sudah jadi orang.Mereka sangat sibuk dicari uang dan hanya sesekali pulang.Kalaupun pulang, belum tentu mereka sempat tidur di rumahkarena repot mencari ini itu, termasuk mencari utangbuat ongkos pulang ke perantauan.Baru separuh jalan, nafas bang becak sudah ngos-ngosan,batuknya mengamuk, pandang matanya berkunang-kunang,aduh kasihan. “Biar gantian saya yang menggenjot, Pak.Bapak duduk manis saja, pura-pura jadi penumpang.”Mati-matian aku mengayuh becak tua itu menuju kuburan,sementara si abang becak tertidur nyaman, bahkan mungkinbermimpi, di dalam becaknya sendiri.Sampai di kuburan aku berseru bangun dong pak,tapi tuan penumpang diam saja, malah makin pulas tidurnya.Aku tak tahu apakah bunga yang kubawa akan kutaburkandi atas makam nenek moyangku atau di atas tubuhbang becak yang kesepian itu.2002
Sunday, January 26, 2014
Puisi Penumpang Terakhir | Joko Pinurbo
Sunday, January 26, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment