Misalkan Kita di SarajevoBuat B.B dan kawan-kawanGoenawan MohamadMisalkan kita di Sarajevo; mereka akan mengetukdengan kanon sepucukdan bertanya benarkah ke Sarajevoada secelah pintu masuk.Misalkan kita di Sarajevo: tembok itu,dengan luka-luka peluru,akan bilang “tidak”,selepas galau.Tapi kau tahu musim, di Sarajevoakan mematahkan engsel,dingin akan menciutkan tangan,dan listrik lindap.Orang-orang akan kembalidari kedai minum,dan memandangi hangusdi loteng-loteng.Apakah yang mereka saksikan sebenarnyadi Sarajevo: sebentang samun,tanah yang redam?Apakah yang mereka saksikan sebenarnya?Keyakinan dipasakdi atas mihrab dan lumbung gandungdan tak ada lagiorang membaca.Hanya mungkin pada kitamasih ada seutas tilas,yang tak terseka. Atau barangkalisebentuk asli katahati?Misalkan, misalkan, di Sarajevo: bulantak meninggalkan replika,di dekat menara, tinggal warna putihyang hilang dari azanMisalkan angin juga kehilanganperangaidi pucuk-pucuk poplar kuningdan taman yang tak bergerak.Pasti nenek peri, dengan suara kanker di perut,akan berkata,“Tinggal cobaan dalam puasadi padang gurun, di mana kau tak bisa.”Mengapa kita di Sarajevo?Mengapa gerangan kita pertahankan kota ini?Seperti dalam sebuah kisah film,Sarajevo tak bisa takluk.Kita tak bisa taklukTapi keluar dari gedung rapat umum,orang-orang sipilakan mengenakan baju mereka yang terbaik,mencium pipi para isteri, ramah tapi gugup,meskipun mereka, di dalam saku,menyembunyikan teks yang gaib itu:“Bukan roti, melainkan firman.”Batu-batu di trotoar inimemang tak akan bisa jadi roticahaya salju di kejauhan itujuga tak akan jadi firmanTapi misalkan kita di SarajevoDi dekat museum itu kita juga akan takzimmembersihkan diri: Biarkan aku matidalam warna kirmizi.”Lalu aku pergikau pergi, berangkat, tak memucatseperti awal pagidi warna kirmizi1994
Friday, January 24, 2014
Puisi Misalkan Kita di Sarajevo | Goenawan Mohamad
Friday, January 24, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment