Hasyim Membaca HikayatnyaMardi Luhungsuaranya seperti nyawa ombakyang menguntit bayanganmudan suara Hasyim adalah pintubagi nyali-laut yang ganjilyang akan mengangkuti ranjangmuranjang tempat kau mimpidan menyerahkan segenap semestayang telah kau simpan di benakmuHasyim memang setengah-giladia membaca juga memaksa, dansesekali menggugurkan hikayatnyalalu berkata: “Dengan nama kalam,semuanya tiba dan pergi, denganberas, pedang, matahari atau uang!”dan Hasyim pun tahu, jika kauterkejut, seperti kejut batang-leheryang tersedak, batang-leheryang cuma bisa merunduk, saatkelenjar-api disiramkanke hari dan ke almanak merekaatas nama yang lain dan yang lainyang merangkak dengan beratdan juga atas nama yang lain dan yanglain lagi, yang mengajari siapa sajamenyeru lewat mulut yang santunmulut yang makan dengan 33 kunyahanmulut yang menyimpanipalawija, balai dan tanah-tanahanke dalam kantung-kantungkantung-kantung yang cumabisa melungker, seperti melungkernyakotoran-kotoran di jamban-pantai“Kotoran hitam dan bau!”kotoran hitam dan bau? Akh, Hasyim punketawa, sambung hikayatnya:“Alkisah, di pusar-dasar dan ceruk-badai,pantat ibumu demikian besar, demikianmenguasai segenap arus dan hilir,”dan 500 halaman hikayat pun takcukup untuk menulis dan menghafalnyasebab ibumu cuma duduk sambil bersiulke arah ranjangmu yang terangkut itusedang di angkasa: “Berita, sepatu, bank,semen dan pupukmu diterbangkannya,”berarak seperti terhukum yang terusirterhukum yang terantai dan berkelonenganlewat sampan-sampan yang olengya, Hasyim membaca dan terus membaca hikayatnyasuaranya pun terus seperti nyawa-ombakyang menguntit bayanganmu:“Dan setengah gila!”Gresik, 2003
Wednesday, January 29, 2014
Puisi Hasyim Membaca Hikayatnya | Mardi Luhung
Wednesday, January 29, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment