Di Bawah Kibaran SarungJoko PinurboDi bawah kibaran sarung anak-anak berangkat tidurke haribaan malam. Tidur mereka seperti tidur yang baka.Tidur yang dijaga dan disambangi seorang lelaki kurusdengan punggung melengkung, mata yang dalam dan cekung.“Hidup orang miskin!” pekiknya sambil membentangkan sarung.“Hidup sarung!” seru seorang perempuan, sahabat malam,yang tekun mendengarkan hujan. Lalu ia mainkan piano,piano tua, di dada lelaki itu. “Simfoni batukmu, nada-nadasakitmu, musik klasikmu, mengalun merdu sepanjang malam,”hibur perempuan itu dengan mata setengah terpejam.Di bawah kibaran sarungrumah adalah kampung.Kampung kecil di mana kaubisa ngintip yang serba gaib:kisah senja, celoteh cinta,sungai coklat, dada langsat,parade susu, susu cantikdan pantat nunggingyang kausebut nasib.Kampung kumuh di mana penyakit,onggokan sampah, sumpah serapah,mayat busuk, anjing kawin,maling mabuk, piring pecah,tikus ngamuk, timbunan tinjaadalah tetangga.“Rumahku adalah istanaku,”kata perempuan itu sambil terusmemainkan pianonya, piano tua,piano kesayangan.“Rumahku adalah kerandaku,”timpal lelaki itu sambil terusmeletupkan batuknya, batuk darah,batuk kemenangan.Dan seperti keranda mencari penumpangdari jauh terdengar suara andongmemanggil pulang. Kling klong kling klong.Di bawah kibaran sarungkutuliskan puisimu,di rumah kecil yang dingin terpencil.Seperti perempuan perkasayang betah berjagamenemani kantuk, menemani sakitdi remang cahaya:menghitung iga, memainkan pianodi dada lelaki tuayang gagap mengucap doa.Ya, kutuliskan puisimukulepaskan ke seberangseperti kanak-kanak berangkat tidurke haribaan malam.Ayo temui aku di bawah kibaran sarungdi tempat yang jauh terlindung.1999
Tuesday, January 28, 2014
Puisi Di Bawah Kibaran Sarung | Joko Pinurbo
Tuesday, January 28, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment