Aku tak lagi Bermimpi, Estragon!*M.Fadjroel RachmanSekarang aku di sini, saudaraku, menghirupNanah luka-lukaku. SendirianTerlontar ke alam raya rintisanku dan melukis-lukis Kejalanganku di dinding langit bekuAku tak lagi bermimpi, Estragon!Dalam Neraka Jahanam dan Daging Busuk initak ada yang kumengerti selain Perubahan AbadiDalam Neraka Jahanam dan Daging Busuk initak ada yang kumengerti selain Pertanyaan AbadiAku kini ruang-waktu-abadi bagi diriku sendiri!Telah kutinggalkan segalanya. Aku muak pada segalanyaJuga dirimu!Di manakah Manusia? Di manakah janji parapengecut dan pelacur itu?Lihatlah, hanya Kuburan Tandus dan PestaKematian yang bermakna di Bumi Luka Parah iniLihatlah bebatuan dan langit-terbakarmengucurkan darahAh, berdustakah aku?Ciumlah amis darah di belantara kata-kata,dalam kerongkonganmu, dalamkerongkongan waktu, dalam Kitab-SucimuCiumlah amis darah dalam mimpi-mimpi dandoa-doa ketakutanmuAtau dalam Cinta!Bayi dungu dilahirkan entah untuk apa dandengan riangnya menari-nari memujaKetololan si Penjaja Kebenaran dan Jalan KeabadianDi alun-alun kota, kabarnya tempat nabi-nabiditasbihkan, yang terdengar hanya jeritandan tangisan tak berkesudahan- Dokter berapa butir aspirinkah harus ditelanagar kesepian dan kematian tak lagimenghancurkan kegembiraan hidup danjalinan kasih sayang?- Dokter berapa butir aspirinkah harus ditelanuntuk melupakan kenangan dan mimpi-buruk dalam cekikan ruang waktu berdarah ini?- Dokter berapa butir aspirinkah harus ditelanagar dapat kumengerti siapakahsebenarnya kita, darimana berasal danakan ke mana pergi?- Dokter berapa butir aspirinkah harus ditelanagar orang mati bisa berbincang di PasarMalam dan tak lagi menjadi dongeng untukmenakuti anak-anak, para pengecut danpelacur Kehidupan?- Ah, haruskah kucekik engkau untuk dustayang bersemayam di alam raya, tuan dokter?- Engkau butuh aspirin dalam dosis yang palingmematikan, bukan?- Dokter, kegelisahan pikiran adalah hantubarbar yang melayang-layang tanpa basa-basi di urat syaraf dan begitu bebalterhadap doa maupun mantera dari nabipaling sempurna sekalipun. Kenapa NerakaJahanam dan Daging Busuk ini harusdidustakan, tuan dokter?- Bukankah kesederhanaan pikiran adalah doatersakti kaum pengecut dan pelacur yangmenjadikan bumi sebagai Rumah Ibadatdan Pabrik Anggur bagi Pesta Pembunuhan?- Hopla, mari pergi! kata Estragon- Tidak! Tidak! Aku tak mau pergi, inilahKerajaan Deritaku!- Ah, lihatlah langit terbakar, tak kau ciumkahbau usus hangus dari perutmu sendiri?- Estragon, bukankah Penantian Tanpa Akhir inimenjadikan kita Tuan atas nasib sendiri?- Kita tak menantikan apa-apa di sini.Pengadilan Agung itu hanya dusta kaumpengecut dan pelacur. Neraka Jahanam danDaging Busuk inilah Hidup kita. Di luardinding ini hanya Sepi dan Ketiadaanbertahta. Dan dirimu adalah Keputusanmu.Titik.- Tapi Estragon, aku ingin melupakan hujan-beku di dalam hatiku, membakar semuapakaian kegelisahanku, melupakan semuaTarian Tolol Kehidupan kita dan segalaUpacara Berdarah dalam Drama Sia-Sia ini.Ini bukan kegilaan dan aku tak inginmendustakan Neraka Jahanam dan DagingBusuk yang mencincang urat syaraf dannurani kita. Bagaimana itu mungkin,Estragon? Akankah kupilih segalakejahatan yang merayu-rayu ini?- Aku telah membunuh si Pendusta yangmengaku Hakim Agung itu dan telahkubakar segala makna tindakan diKerongkongan Waktu Gulita ini- Aku bermimpi bahwa aku tak lagi bermimpi,bukankah begitu pikiranmu, Estragon? Tapiengkau dalam pakaian badut dan tingkahlaku memuakkan itu dapat menari-naririang dalam kubangan darah leluhur dansanak-saudaramu, juga Bundamu. Takadakah yang memberatkan hatimu? Engkauingin melupakan kesia-siaan Hidup danKetidaktahuanmu? Tidakkah semua inimenyentakkan urat syaraf, lalu kitamelawan sehabis-habisnya?- Baiklah Estragon, walaupun rayuan untukmenyederhanakan Hidup mengguncangimpian dan kesadaranku. Aku tak maupergi. Inilah Kerajaan Deritaku. Engkaupergilah, ajak Vladimir. Aku takmenantikan apa-apa di sini dan lupakanlahPengadilan Agung itu. Bukankah semuanyahanya mimpi tolol masa kanak-kanak kitaLalu tentang Dosa dan Hari Pembalasansebaiknya diabadikan sebagai dongengsatu babak di Pasar Malam untukmenghibur hati kita yang lelah setelahbertempur di front terdepan mengurangiDarah, Penderitaan dan Keputusasaan.Namun engkaupun mengerti Estragonbahwa aku tak memaknakan apa-apa dantak memahami apa-apa. Aku hanya inginmenyayangi sanak saudaraku, manusiayang Letih dan Menderita ini dan melawansehabis-habisnya Ketololan para penjajaKebenaran dan Jalan KeabadianInilah aku. Aku kini ruang waktu abadi bagidiriku sendiri!Akulah duka anak-dara yang bunuh diriAkulah duka anak-dara yang bunuh dirisurat putih dan genangan airmatanyamembakar urat syarafku, membakarkedustaan hidupku dan mengabari bahwaaku hidup dalam Neraka Jahanam danDaging BusukInilah bumiku. Inilah Kerajaan Deritaku!Aku mengerti betapa menyakitkan semua ini.Aku memilih tindakan yang kupandang sia-sia untuk mengguncang ruang-waktu yangsia-sia dan memuakkan iniWahai, beri daku satu ciuman di bibir kering inikejahatan merayu-rayu di belantara kata-kataDi manakah manusia? Di manakah janji parapengecut dan pelacur itu?Hopla...Mari pergiMari pergiTidak!...tidak! Aku tak mau pergi, inilahKerajaan DeritakuKebonwaru, agustus 1990Nusakambangan, September 1990* Nama Estragon dan Vladimir diambil dari nama tokoh badut dalam Waiting for Godot, karya Samuel Beckett (English Edition, London: Faber dan Faber, 1955)
Friday, January 31, 2014
Puisi Aku tak lagi Bermimpi, Estragon!* | M.Fadjroel Rachman
Friday, January 31, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment