Friday, January 31, 2014

Puisi Aku tak lagi Bermimpi, Estragon!* | M.Fadjroel Rachman


Aku tak lagi Bermimpi, Estragon!*
M.Fadjroel Rachman

Sekarang aku di sini, saudaraku, menghirup
Nanah luka-lukaku. Sendirian
Terlontar ke alam raya rintisanku dan melukis-
lukis Kejalanganku di dinding langit beku
Aku tak lagi bermimpi, Estragon!
Dalam Neraka Jahanam dan Daging Busuk ini
tak ada yang kumengerti selain Perubahan Abadi
Dalam Neraka Jahanam dan Daging Busuk ini
tak ada yang kumengerti selain Pertanyaan Abadi
Aku kini ruang-waktu-abadi bagi diriku sendiri!
Telah kutinggalkan segalanya. Aku muak pada segalanya
Juga dirimu!
Di manakah Manusia? Di manakah janji para
pengecut dan pelacur itu?
Lihatlah, hanya Kuburan Tandus dan Pesta
Kematian yang bermakna di Bumi Luka Parah ini
Lihatlah bebatuan dan langit-terbakar
mengucurkan darah
Ah, berdustakah aku?
Ciumlah amis darah di belantara kata-kata,
dalam kerongkonganmu, dalam
kerongkongan waktu, dalam Kitab-Sucimu
Ciumlah amis darah dalam mimpi-mimpi dan
doa-doa ketakutanmu
Atau dalam Cinta!
Bayi dungu dilahirkan entah untuk apa dan
dengan riangnya menari-nari memuja
Ketololan si Penjaja Kebenaran dan Jalan Keabadian
Di alun-alun kota, kabarnya tempat nabi-nabi
ditasbihkan, yang terdengar hanya jeritan
dan tangisan tak berkesudahan
- Dokter berapa butir aspirinkah harus ditelan
agar kesepian dan kematian tak lagi
menghancurkan kegembiraan hidup dan
jalinan kasih sayang?
- Dokter berapa butir aspirinkah harus ditelan
untuk melupakan kenangan dan mimpi-
buruk dalam cekikan ruang waktu berdarah ini?
- Dokter berapa butir aspirinkah harus ditelan
agar dapat kumengerti siapakah
sebenarnya kita, darimana berasal dan
akan ke mana pergi?
- Dokter berapa butir aspirinkah harus ditelan
agar orang mati bisa berbincang di Pasar
Malam dan tak lagi menjadi dongeng untuk
menakuti anak-anak, para pengecut dan
pelacur Kehidupan?
- Ah, haruskah kucekik engkau untuk dusta
yang bersemayam di alam raya, tuan dokter?
- Engkau butuh aspirin dalam dosis yang paling
mematikan, bukan?
- Dokter, kegelisahan pikiran adalah hantu
barbar yang melayang-layang tanpa basa-
basi di urat syaraf dan begitu bebal
terhadap doa maupun mantera dari nabi
paling sempurna sekalipun. Kenapa Neraka
Jahanam dan Daging Busuk ini harus
didustakan, tuan dokter?
- Bukankah kesederhanaan pikiran adalah doa
tersakti kaum pengecut dan pelacur yang
menjadikan bumi sebagai Rumah Ibadat
dan Pabrik Anggur bagi Pesta Pembunuhan?
- Hopla, mari pergi! kata Estragon
- Tidak! Tidak! Aku tak mau pergi, inilah
Kerajaan Deritaku!
- Ah, lihatlah langit terbakar, tak kau ciumkah
bau usus hangus dari perutmu sendiri?
- Estragon, bukankah Penantian Tanpa Akhir ini
menjadikan kita Tuan atas nasib sendiri?
- Kita tak menantikan apa-apa di sini.
Pengadilan Agung itu hanya dusta kaum
pengecut dan pelacur. Neraka Jahanam dan
Daging Busuk inilah Hidup kita. Di luar
dinding ini hanya Sepi dan Ketiadaan
bertahta. Dan dirimu adalah Keputusanmu.
Titik.
- Tapi Estragon, aku ingin melupakan hujan-
beku di dalam hatiku, membakar semua
pakaian kegelisahanku, melupakan semua
Tarian Tolol Kehidupan kita dan segala
Upacara Berdarah dalam Drama Sia-Sia ini.
Ini bukan kegilaan dan aku tak ingin
mendustakan Neraka Jahanam dan Daging
Busuk yang mencincang urat syaraf dan
nurani kita. Bagaimana itu mungkin,
Estragon? Akankah kupilih segala
kejahatan yang merayu-rayu ini?
- Aku telah membunuh si Pendusta yang
mengaku Hakim Agung itu dan telah
kubakar segala makna tindakan di
Kerongkongan Waktu Gulita ini
- Aku bermimpi bahwa aku tak lagi bermimpi,
bukankah begitu pikiranmu, Estragon? Tapi
engkau dalam pakaian badut dan tingkah
laku memuakkan itu dapat menari-nari
riang dalam kubangan darah leluhur dan
sanak-saudaramu, juga Bundamu. Tak
adakah yang memberatkan hatimu? Engkau
ingin melupakan kesia-siaan Hidup dan
Ketidaktahuanmu? Tidakkah semua ini
menyentakkan urat syaraf, lalu kita
melawan sehabis-habisnya?
- Baiklah Estragon, walaupun    rayuan untuk
menyederhanakan Hidup mengguncang
impian dan kesadaranku. Aku tak mau
pergi. Inilah Kerajaan Deritaku. Engkau
pergilah, ajak Vladimir. Aku tak
menantikan apa-apa di sini dan lupakanlah
Pengadilan Agung itu. Bukankah semuanya
hanya mimpi tolol masa kanak-kanak kita

Lalu tentang Dosa dan Hari Pembalasan
sebaiknya diabadikan sebagai dongeng
satu babak di Pasar Malam untuk
menghibur hati kita yang lelah setelah
bertempur di front terdepan mengurangi
Darah, Penderitaan dan Keputusasaan.
Namun engkaupun mengerti Estragon
bahwa aku tak memaknakan apa-apa dan
tak memahami apa-apa. Aku hanya ingin
menyayangi sanak saudaraku, manusia
yang Letih dan Menderita ini dan melawan
sehabis-habisnya Ketololan para penjaja
Kebenaran dan Jalan Keabadian
Inilah aku. Aku kini ruang waktu abadi bagi
diriku sendiri!
Akulah duka anak-dara yang bunuh diri
Akulah duka anak-dara yang bunuh diri
surat putih dan genangan airmatanya
membakar urat syarafku, membakar
kedustaan hidupku dan mengabari bahwa
aku hidup dalam Neraka Jahanam dan
Daging Busuk
Inilah bumiku. Inilah Kerajaan Deritaku!
Aku mengerti betapa menyakitkan semua ini.
Aku memilih tindakan yang kupandang sia-
sia untuk mengguncang ruang-waktu yang
sia-sia dan memuakkan ini
Wahai, beri daku satu ciuman di bibir kering ini
kejahatan merayu-rayu di belantara kata-kata
Di manakah manusia? Di manakah janji para
pengecut dan pelacur itu?
Hopla...
Mari pergi
Mari pergi
Tidak!...tidak! Aku tak mau pergi, inilah
Kerajaan Deritaku

Kebonwaru, agustus 1990
Nusakambangan, September 1990


* Nama Estragon dan Vladimir diambil dari nama tokoh badut dalam Waiting for Godot, karya Samuel Beckett (English Edition, London: Faber dan Faber, 1955)

Anda sedang membaca kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Aku tak lagi Bermimpi, Estragon!* | M.Fadjroel Rachman dan anda bisa menemukan kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Aku tak lagi Bermimpi, Estragon!* | M.Fadjroel Rachman ini dengan url http://kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2014/01/puisi-aku-tak-lagi-bermimpi-estragon.html,anda juga bisa meng-click kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Aku tak lagi Bermimpi, Estragon!* | M.Fadjroel Rachman Tetapi dilarang merubah isi maupun mengganti nama penyair/pengarang nya karena bertentangan dengan HAKI, semoga anda ter-inspirasi dengan karya Puisi Aku tak lagi Bermimpi, Estragon!* | M.Fadjroel Rachman salam Karya Puisi

0 komentar:

Post a Comment

 

kumpulan karya Puisi | Copyright 2010 - 2016 Kumpulan Karya Puisi |