30 Tahun KemudianGoenawan Mohamad30 tahun kemudian mereka bertemu di restoran dekat danau.Hujan dan kenangan berhimpitan, berbareng,seperti lalulintas yang langgeng.Terkadang badai meracau,langit kian dekat, dan dari tebing dingin berjalin dengan basahpucuk andilauketika mereka duduk berlima,dengan tuak putih tua,bertukar cerita tentang lelucon angka tahundan rasa asing pensiun,mengeluhkan anak yang pergi dari tiap bandardan percakapan-percakapan sebentar.Terkadang mereka seakan-akan dengarkan teriak trompet darikanal seperti jerit malaikat yang kesaldan mereka tertawa. Sehabis sloki ketiga,waktu pun berubah seperti pergantian prisma:masa lalu adalah huruf yang ditinggalkan musim padamarmar makam Cina.Kerakap memberinya warna. Kematian memberinya kata.Dan pada sloki ke-4 dan ke-5 mereka dengarkan angin susulmenyusul, seakan seorang orang tua bersiuldengan suara kisutke bulan yang berlumut.Pada sloki ke-6 mereka menunggu malam singgah dalamtopeng Habsi. Dan tuhan dalam baju besi.30 tahun kemudian mereka tak akan bertemu lagi di sini.1996
Thursday, January 23, 2014
Puisi 30 Tahun Kemudian | Goenawan Mohamad
Thursday, January 23, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment