Wednesday, December 11, 2013

Puisi Mayat Canggung Dan Hutan Riang | Zen Hae


Mayat Canggung Dan Hutan Riang
Zen Hae

: kebumikan aku di sana. di ujung rel-rel itu
bersama matahari
yang digodam suara azan dan cekikikan
: tapi itu kereta terakhir
yang membawa para tukung cukur ke pekuburan
menangisi mayat-mayat bermisai lebat

orang-orang bermata embun itu telah menggodaku
serta menghidupkan lagi matahari
di gerbong terakhir
dan membayangkan kota itu
menjulurkan lidahnya ke punggung gunung
apakah mereka akan sampai ke rumah-rumah
di balik dingin itu?
aku pernah memasuki mereka
menyentuh dinding-dinding mereka
tersiram arus listrik
di dalamnya aku seperti liliput
berjingkrakan dan bernyanyi
memainkan sesulur cahaya
dari kereta kuda yang tersangkut di ranting awan

tapi kunang-kunang yang setia menjaga mataku
mengulur sulur cahaya itu ke jalan raya
para penjaga malam yang kehabisan bara
menampungnya dalam gelas-gelas sunyi
: “hanya serbuk matahari, man
merombengi sisa malam
dan embun
melukai sesayap hujan
ditaburkan di kamar-kamar”

impian yang terbakar terus mengembara
tak henti mencari sebuah kota
tempat terompet-terompet dibunyikan
di atas pekuburan sunyi
“kami tengah bersedih
untuk para martir
yang telah memandikan rumah kami
dengan nyanyian dan cahaya”
sampai angin yang ajaib mengelus
suara terompet itu
jadi tetabuhan lima setan pejajaran
berkepakan sesayap hujan: rombeng dan gigil
berkelibang membungkus tubuhku
“mari berangkat”

tapi siapa yang terbang dengan tubuh bergemerincing
melintasi setiap bubungan rumah
sedang  udara yang kian sekarat
hanya memercikkan doa
di sepanjang dinding memar

“halo, ini hutan riang. dilarang menggali kubur
halo, ini hutan riang. mayat-mayat jangan bersedih”

di sini mataku kian melenting
seorang pesulap menyepuh ususku yang terburai
jadi kabel-kabel tembaga
o, tubuhku bercahaya
seperti tawa orang laknat
hingga pepohonan dan sungai
tak kuasa membasuh sekujur tubuh mereka
dengan gelap dan pengap
tempat nyamuk dan ular
menetaskan sekeranjang
mimpi buruk

terbuka semua kelopak. menetas kicau membusuk igau
hutan terbangun dari tidur paling mematikan
mengipas matahari
membikin sepasang sayap
: putih dan kekar
“pasang di punggungmu, buyung
kau akan terbang melintasi
kota-kota yang terendam hujan
dan mimpi buruk”

tapi aku bukan orang suci atau pelancong
di sana hujan telah membusuk. kota-kota berkarat!

1996

Anda sedang membaca kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Mayat Canggung Dan Hutan Riang | Zen Hae dan anda bisa menemukan kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Mayat Canggung Dan Hutan Riang | Zen Hae ini dengan url http://kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2013/12/puisi-mayat-canggung-dan-hutan-riang.html,anda juga bisa meng-click kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Puisi Mayat Canggung Dan Hutan Riang | Zen Hae Tetapi dilarang merubah isi maupun mengganti nama penyair/pengarang nya karena bertentangan dengan HAKI, semoga anda ter-inspirasi dengan karya Puisi Mayat Canggung Dan Hutan Riang | Zen Hae salam Karya Puisi

0 komentar:

Post a Comment

 

kumpulan karya Puisi | Copyright 2010 - 2016 Kumpulan Karya Puisi |