Kitab PelarianZen Haetidurku masih disesaki kemarahan langitsebelas malaikat menghardik-meludah di angkasa: sawan bayi di kandungan, mendidih air di bendunganempat puluh hari sehabis mimpiku, tuan hakimkota tanpa pengiman itu akan luluh-lantakbumi diremas langit diayak – awan serupa dedakdan aku mencium maut dan aku menuju lautdi dasar laut – di perut seekor ikan besaraku beriman dalam kegelapan pijar.menulis selarik ayatseirama degup perih jantungku. mengukir ketakutankupada dinding-dinding karang merah tuakelak para penyelam, para pemburu hikayatakan membaca pengakuanku:“kenapa ia memilih si lemah hati sepertiku?kenapa ia menitipkan kota tua padaku?”sepuluh jari tangankutak cukup untuk sebuah kotapun untuk seorang sahaya atau seekor ulataku hanya ingin menyendiri di pondokku – di timur kotaakan kutanam pohon paling rindangdan kupiara beberapa ekor ternaktapi mereka menangkapku pada suatu pagitapi apa gunanya kalian memintaku kembali?“yunus, tuan layak marah sampai matisebab kota besar itu urung dihancurkan”1993
Monday, December 16, 2013
Puisi Kitab Pelarian | Zen Hae
Monday, December 16, 2013 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment