Membakar Tungku dalam KelambuAndi PateddungiSejak aku ukirkan diriku yang arang pada hatimu yang merahsemesta bersuaralayangkan mosi tidak percaya tentang kebersamaankeburaman yang jelas kata merekadi penghujung protes mereka, aku mendelikdelikan pelacur yang acuh pada umpatan para perfeksionismata kubutakantelinga kutulikanmulut kubisukanpercayaku seperti para pesugih yang yakin bahwa pohon dan kuburan pasti memberinya kekayaanhahaha, terdengar bodoh bukan ?kendaraan kita nyalakan dengan pasti,kita melalui jalan bertabur kristal dan safirelok dan berkilaucinta yang bersilaukita rangkai hati dengan bunga-bunga rosemerah, putih dan jambuwarna perlambang hati yang rindangsejuk, syahdu yang memikatpertengahan perjalanan,semesta lagi-lagi melayangkan mosi tidak percayanyacuaca pun ikut meneriakkan interupsimereka hujankan duri dan kerikil disepanjang jalankendaraan kita bergoyangdan kau mulai mabuk karenanyakaupun sedikit proteskarena jalan mulai berubahkau merayu untuk memutar balikaku menolakaku menawarkanmu pil anti mabukkau juga menolakkita seperti membakar tungku dalam kelambu,ragu adalah kekuatanmusedang harap adalah dirikukau melancongkan kata disetiap persinggahan perjalanan kitakita jadi gunjingankau semakin meraguaku bertahanentah sampai kapan..Makassar, 18 Juli 2013
Tuesday, November 12, 2013
Puisi Membakar Tungku dalam Kelambu | Andi Pateddungi
Tuesday, November 12, 2013 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment