DIALOG REMANG DI SURUT JENDELAEdu Badrus ShalehAdakah sejauh ini kita biarkan hujanJatuh begitu saja? Dan senantiasa kitaberadu kabut di kubang malamSembari menukar empun mimpimenyadap silam matahari?Psst… jangan katakan itu lagiAku tak ingin merah muda itu sirna dari pipimuLarik cinta yang kutoreh berkecup khusyukKomedi dan elegi yang mengatup rindu yang mabukSaat ini kita tak memiliki sehelai sepiDi antara runtuh dedaunan dan gigil ilalangDi antara gempa berkepanjangan dan letus senapanKita hanya punya sebaris angin dari serakan syairWahai remang di surut jendelaHujan mengetuk pintu-pintu jantung yang perlahan retakGundah mengasah legenda setangkai edelwisSerasa elu Laila mengaum di dadamengamini jarum jam usia bergusaran dalam nyenyak tidurkuOh, jangan biarkan merah kenangan memadam bara dalam dekapanLangkah kaki kita masih butuh kata pada ruang waktuHanya mataku menatap hitam rambutmu sepenjuru malamMengingatkan murung purnama yang menyaksikan Dewi Shinta yang menjeritMenggedor-gedor pintu langitRembang, Januari 2008http://oase.kompas.com/read/2012/07/31/20270023/Puisi-puisi.Edu.Badrus.Shaleh
Tuesday, December 25, 2012
Puisi Dialog Remang Di Surut Jendela
Tuesday, December 25, 2012 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment