Sunday, May 16, 2010

Kumpulan Puisi Tentang Maut dan Kematian


TENTANG KEMATIAN
Azizah Hefni
(Antologi Puisi untuk Munir)

Tentang sebuah kematian
Tanpa tiang bendera
Atau tanda-tanda
Juga kabar-kabar

Hadir di celah pagi malam
Di sela tarik dan desah
Pada ujung-ujung waktu tanpa detak
Juga pangkal-pangkal sudut ruangan

Bahwa Tuhan memberi kertas
Dengan garis-garis tebal peringatan
Akan wicara kuasa yang takkan bisa tersentuh
Oleh sesuatu yang halus
atau sekecil apapun

Kemudian,
Untuk alam
Juga geliat-geliat nyawa yang dititipkan
Bersediakah bila
Tuhan memintamu untuk pulang?

Malang, 27 Oktober 2005



TENTANG MAUT
Ajip Rosidi


Kulihat manusia lahir, hidup, lalu mati
Menerima atau menolak, tak peduli
Dengan tangan dingin namun pasti
Sang Maut datang dan tiap hidup ia akhiri.

Kuperhatikan perempuan sedang mengandung
Wajahnya riang, mimpinya menimang si jabang
Namun kulihat Sang Maut aman berlindung
Dalam rahim sang ibu ia bersarang.

Kuperhatikan bayi lahir
Dan pertama kali udara dia hirup
Dalam tangisnya kudengar Sang Maut menyindir:
"Jangan nangis, kelak pun hidupmu kututup".

II

Yang kukandung sejak hidup kumulai
Takkan kutolak, meski ia kubenci
Tapi kalau hidupku nak dikunci
Datang Tuhan menawari:
"Sukakah kau hidup semenit lagi?"
Kujawab pasti: "Suka sekali!"

III

Seperti gelap bagi kanak-kanak, pernah pada Maut aku ngeri
Karena tak berketentuan, bisa nyergap sesuka hati
Membayangi langkah, mengintip menanti saat
Dan bagi kesadaran jadi beban paling berat.
Kupertentangkan ia dengan Hidup yang seolah 'kan dia rebut
Kupilih pihak: Karena pada siksa neraka aku takut;
Namun kini tiada lagi, karena selalu kudapati
Napasnya menghembus dalam tiap hidup yang fana ini.

1960



KEMATIAN
Ajip Rosidi


lelaki bernyanyi sepenuh hati
didorongnya beton ke puncak tinggi
di hari sebelum lebaran
di rumah anak menunggu baju baru

tapi tali putus beton terguling
lelaki tak lagi bernyanyi

ada isteri jadi janda
ada anak kehilangan bapak
di hari sebelum lebaran

pintu tak terbuka
ayah tak kembali
sia-sia menanti
sepanjang hari

ii

muka yang sudah remuk
anaknya menjerit yatim
ayah bisakah mati

muka yang tiada lagi bentuk
tepekur pengantar kubur
nyawa lepas tak tersangka

1954

Link

MAUT
Yun Casalona

Datang maut panggil namaku
Tersentak aku dari lamunan
Ketika bisikan kata teringat akan dosa

Maut datang tanpa member salam
Apakah datang bukan dari pintu
Atau memang itu caramu bertamu

Maut pastikah itu alamat yang tertulis
Di daftarmu
Maut jangan dekati aku,aku malu bertemu
Aku kotor, jauhilah aku

Banda Aceh, 180793

Anda sedang membaca kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Kumpulan Puisi Tentang Maut dan Kematian dan anda bisa menemukan kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Kumpulan Puisi Tentang Maut dan Kematian ini dengan url http://kumpulankaryapuisi.blogspot.com/2010/05/puisi-kematian.html,anda juga bisa meng-click kumpulan/contoh/artikel/puisi/sajak/pantun/syair/tentang/tema/bertema/judul/berjudul Kumpulan Puisi Tentang Maut dan Kematian Tetapi dilarang merubah isi maupun mengganti nama penyair/pengarang nya karena bertentangan dengan HAKI, semoga anda ter-inspirasi dengan karya Kumpulan Puisi Tentang Maut dan Kematian salam Karya Puisi

2 komentar:

Unknown said...

menyentuh..

Unknown said...

puisi kematian menggetarkan hati. jadi ingat mati, masuk surga gak yah?

Post a Comment

 

kumpulan karya Puisi | Copyright 2010 - 2016 Kumpulan Karya Puisi |