TENTANG KEMATIAN
Azizah Hefni
(Antologi Puisi untuk Munir)
Tentang sebuah kematian
Tanpa tiang bendera
Atau tanda-tanda
Juga kabar-kabar
Hadir di celah pagi malam
Di sela tarik dan desah
Pada ujung-ujung waktu tanpa detak
Juga pangkal-pangkal sudut ruangan
Bahwa Tuhan memberi kertas
Dengan garis-garis tebal peringatan
Akan wicara kuasa yang takkan bisa tersentuh
Oleh sesuatu yang halus
atau sekecil apapun
Kemudian,
Untuk alam
Juga geliat-geliat nyawa yang dititipkan
Bersediakah bila
Tuhan memintamu untuk pulang?
Malang, 27 Oktober 2005
TENTANG MAUT
Ajip Rosidi
Kulihat manusia lahir, hidup, lalu mati
Menerima atau menolak, tak peduli
Dengan tangan dingin namun pasti
Sang Maut datang dan tiap hidup ia akhiri.
Kuperhatikan perempuan sedang mengandung
Wajahnya riang, mimpinya menimang si jabang
Namun kulihat Sang Maut aman berlindung
Dalam rahim sang ibu ia bersarang.
Kuperhatikan bayi lahir
Dan pertama kali udara dia hirup
Dalam tangisnya kudengar Sang Maut menyindir:
"Jangan nangis, kelak pun hidupmu kututup".
II
Yang kukandung sejak hidup kumulai
Takkan kutolak, meski ia kubenci
Tapi kalau hidupku nak dikunci
Datang Tuhan menawari:
"Sukakah kau hidup semenit lagi?"
Kujawab pasti: "Suka sekali!"
III
Seperti gelap bagi kanak-kanak, pernah pada Maut aku ngeri
Karena tak berketentuan, bisa nyergap sesuka hati
Membayangi langkah, mengintip menanti saat
Dan bagi kesadaran jadi beban paling berat.
Kupertentangkan ia dengan Hidup yang seolah 'kan dia rebut
Kupilih pihak: Karena pada siksa neraka aku takut;
Namun kini tiada lagi, karena selalu kudapati
Napasnya menghembus dalam tiap hidup yang fana ini.
1960
KEMATIAN
Ajip Rosidi
lelaki bernyanyi sepenuh hati
didorongnya beton ke puncak tinggi
di hari sebelum lebaran
di rumah anak menunggu baju baru
tapi tali putus beton terguling
lelaki tak lagi bernyanyi
ada isteri jadi janda
ada anak kehilangan bapak
di hari sebelum lebaran
pintu tak terbuka
ayah tak kembali
sia-sia menanti
sepanjang hari
ii
muka yang sudah remuk
anaknya menjerit yatim
ayah bisakah mati
muka yang tiada lagi bentuk
tepekur pengantar kubur
nyawa lepas tak tersangka
1954
MAUT
Yun Casalona
Datang maut panggil namaku
Tersentak aku dari lamunan
Ketika bisikan kata teringat akan dosa
Maut datang tanpa member salam
Apakah datang bukan dari pintu
Atau memang itu caramu bertamu
Maut pastikah itu alamat yang tertulis
Di daftarmu
Maut jangan dekati aku,aku malu bertemu
Aku kotor, jauhilah aku
Banda Aceh, 180793
Sunday, May 16, 2010
Kumpulan Puisi Tentang Maut dan Kematian
Sunday, May 16, 2010 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
menyentuh..
puisi kematian menggetarkan hati. jadi ingat mati, masuk surga gak yah?
Post a Comment