Panorama tanahair
Ajip Rosidi
Di bawah langit yang sama
manusia macam dua: Yang diperah
dan setiap saat mesti rela
mengurbankan nyawa, bagai kerbau
yang kalau sudah tak bisa dipekerjakan, dihalau
ke pembantaian, tak boleh kendati menguak
atau cemeti 'kan mendera; -
dibedakan dari para dewa
malaikat pencabut nyawa, yang bertuhan
pada kemewahan dan nafsu
yang bagai lautan: Tak tentu dalam dan luasnya,
menderu dan bergelombang
sepanjang masa.
Di atas bumi yang sama
Manusia macam dua: Yang menyediakan tenaga
tak mengenal malam dan siang,
mendaki gunung, menuruni jurang
tak boleh mengenal sakit dan lelah
bagai rerongkong-rerongkong bernyawa selalu digiring
kalau bukan di kubur tak diperkenankan sejenak pun
berbaring; -
dipisahkan dari manusia-manusia pilihan
yang mengangkat diri sendiri dan menobatkan
ipar, mertua, saudara, menantu dan sahabat
menjadi orang-orang terhormat dan keramat
yang ludah serta keringatnya
memberi berkat.
Di atas bumi yang kaya
manusia mendambakan hidup sejahtera
Di atas bumi yang diberkahi Tuhan
Manusia memimpikan keadilan.
1962Share
Friday, April 23, 2010
Puisi Panorama Tanah Air | Manusia memimpikan keadilan
Friday, April 23, 2010 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment