ilustrasi
Peranakan Tionghoa Setengah Baya--untuk Pak LTK--Dimanugamungkin ia seumuran bapakkuia kawanku, pernah jadi seniorkumungkin ia pernah memperanakkankumungkin sajakala tsunami melanda, jauh di seberang lautankala itulah awalku belajar banyak darinyadari peranakan Tionghoa setengah bayaaku seperti murid taman kanak-kanakketika kawan-kawannya sesama peranakan Tionghoalebih suka berhati-hati dan waspadakepada kulit cokelat, sawo yang tak pernah matang"... itu si Jawir, Jawir," terkadang sebutnya padakuaku tak pernah merasa pariaaku yakin juga ia tidak sedang merasa tuan yang jemawasebutnya itu bukan wujud dendam yang tak pernah bisa terbalassebutnya itu mengajarkanku untuk menjadi kuatderitanya, derita kita juga si kulit cokelatatau yang lebih gelap, pun si kuning langsataku menghormatinyabukan seperti buruh yang dikuasa majikanaku yakin ia mencintaseperti pertapa kepada muridnyamurid-muridnya, mereka semua menghormatinyaia guru yang dicinta semestabrahmana yang menghancurkan batas kelasperanakan Tionghoa setengah bayabukan kaisar pemilik Tembok Raksasaberkuasa atas apa-apa termasuk para gundiknyadan kehendak udel-nyabukan pula budak angkut kafilah Jalur Sutrahina dina karena kalah perang kaumnyaperanakan Tionghoa setengah bayasayangnya ia senang mabukhingga suatu kali dalam mabuknya ia menantang polisiseperti menyuruh ayam persembahan pawangberkokok memanggil hujandan si polisi menjadi maha beranimaka kami harus laritapi si polisi seperti kucing terhalang hujanbasah percuma dan tak ada ikanmaka kamilah tikus tertimpa batang pohonyang tumbang terhempas hujanaku ingat, suatu waktu peranakan Tionghoa setengah bayasambil memperlihatkan kartu pengenalnya berkata,"aku pengikut Buddha. tiap minggu kuantar istri dan anakku ke gereja!"dan lain waktu ia seperti berkata,"untuk apa aku ini bertakwa, kalau mencinta sesama saja aku tak bisa?"dan peranakan Tionghoa setengah baya tidak sedang mabuktidak juga aku, entah otakkuJumat, 3 Oktober 2014
Friday, October 10, 2014
Puisi Peranakan Tionghoa Setengah Baya | Dimanuga
Friday, October 10, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment