NinaboboBudiman S Hartojo1Malam yang panjang dan syahdu mengurungkumalam yang panjang memberiku impian warna beribu warnaDi sini kutemu kaudi sini kukenangkan engkauMalam yang panjang adalah duniakumalam yang panjang adalah piala di mana air matadan keluhku jatuhDi sini kuratapkan kau,di sini kupanggil engkausementara kujangkau tali yang terulurdari sorgaKuucapkan namamu sepanjang malamkupanggil namamu sepanjang doa sembahyangEngkau adalah mawar mungil di kebuntertimpa fajarEngkaulah kembang di taman laranganberpagarSeorang pengembara lewat dan tertegunia adalah pejalan sunyi yang letihia adalah akuSeorang gadis kecil menerobos pagardan dipetiknya sekuntum mawarLalu ia pun menyanyi kecilberlari dan menariAlangkah indahnya dan mungil iaaku memandang dan tersenyum kepadanyaEngkau adalah titik putih di langittinggi menghitamengkaulah bintang-gemintangEngkau adalah burung undan yang bertenggerdi ranting pohondi puncak dunia paling tinggidi atas kabut memutih dan awan pegununganHari ini kupejamkan matakudan tampak kau menengok jendelakuHari ini kulihat kau berdiridi tengah segala gadis kotakudan mereka pun menari dan menyanyimengelilingimuKemudian kubuka mataku dan hari pun teranglahSebuah mimpi beterbanganpecah di tengah siangKulihat di jalan depan rumahkuperempuan dan gadis-gadis lewattapi tak seorang di antara mereka kulihatengkau berjalan mendekatIbuku yang tua pun menghampiridan menepuk bahukuAku menoleh dengan keluhdan ratap yang rawanLalu keras-keras kunyanyikan lagukubersama angin siang yang panas:"Ke mana kutambatkan hatiku...."Akulah orang mabuk yang letihdan terengah-engahberlarian di jalanandan bernyanyi sepanjang hariAku adalah orang gila yang meneriakkanlagu ke segenap penjuruAkulah orangnyaakulah yang bernyanyi, menangisdan berteriak ituDan sekali lagi aku bernyanyi dan menangislalu berlarilalu berlari ...Dalam letihku aku pun berhentidan duduklalu kupejamkan mataSekali lagi engkau pun datang menghampirtapi aku cuma pemabok dan orang gilayang hilang arahtapi akulah pula tenaga kata tanpa suaraBahasa cinta, kata orang, tanpa tulis dan suarakata-kata telah hilang harga artinyahuruf-huruf telah tiada lagi berbunyi bersuaraterkulai ia bagai seekor burung terbangjatuh dari angkasa, menggelepardan mengepak-ngepakkan sayapnya yang patahBahasa cinta, konon, serangkai merjanyang sukar dipisahkan warna dari cahya kilaunyaSiapakah engkaudan kelak pada siapa tali hatimu kautambatkan?Aku tak tahuSiapakah engkaudan kelak siapa pula kan mempersunting mawardi pangkal rambutmu yang tergirai?Aku tak tahuTapi kini dan besokselalu kan kupinta perkenan padamubuat selalu memujamuEngkau adalah ikan mas dalam akuariumyang mungilberlenggang, menari, berenangdalam riak air yang tak cukup kurenangiSiapakah engkaudan di manakah engkau?Sesungguhnya aku tak tahuEngkau telah pulangkan pengembara letihyang lupa segala milik rohaninyaIa kini tahu arti cinta, rumah dan keluargaTelah engkau pulangkan iapada cinta bundanyatelah engkau tunjukkan iapada hakikat dan nilai harga dirinyaMaka bangkitlah ia dalam sulamansarang sutera cintaDan pengembara itu adalahakuSekali, nanti pastilah datang kesempatandi mana aku dan kau bersatu dengan alamberjalan dan berbicarabercakap dan berceritatentang masa kanak, tentang masa depanseperti alam itu sendiri mengajarkannyakepada kitaMaka malam yang panjang pun turunlahmaka kusebut namamu di antara doa-doakuMaka kulihat engkaudalam sujud gelisah-syahdusembahyang tahajudku...2Seakan akulah kini yang tegak berdiridi pantaimemandang laut lepas tenang membiruyang hidup dalam gejolak rinduyang berkata-kata dalam bahasa bisuAku berdiriberkawan anak-anak angin, pasir putihdan cakrawala yang angkuhdan gaibBersatu aku dengan suasanadalam harudalam kenangdalam ketiadaan bentuk alamAku leburSeakan akulah laut, angin, cakrawalaakulah semestaAku leburDari sini kupandang engkaudi sini kukenang engkaukekasih yang jauh memanggildan jiwaku yang menggigilAku leburDari sini kulihat kotakuMusim hujan di sana telah jatuhberderai satu per satumencari cintakudi mana ia berlabuhKEmudian dibasuhnya keningkudan bayangmu pun berkilauEngkaukah ituyang melenggang di pematang ombaklautku?Dulu pernah sekali aku pulangseperti anak ayam hilangtanpa induk tanpa sarangKukayuh sepeda dalam hujandi atas becek jalanan berlumpur hitamdi atas aspal berkilap dalam kelamSekarang baru kurasakan di rumah inibetapa indahnya ketenteramanalangkah nikmatnyaalangkah hangatnyakehidupanDulu pernah aku tiada semalam punpulangkeluar mengembaraDan setelah kutemukan engkaubetapa kini bisa kurasakanpulang ke rumah dalam kehangatanDulu pernah kuabaikansuasana cinta-kasih bapa-bundasanak-saudara dan keakraban rumah kitaDan setelah kini kulihat engkaumaka kulihat semuanyaEngkau telah pulangkan dakudan kini kuantar engkau dalam impianDuduklah di sampingkuberlayar menengok segala pantai dan lautberlabuh di setiap kota sambil bercerita jugatentang anak-anak kitatentang penghuni tanah air yang bakal tibaSementara itu istirahatlah engkaudan dengarkan ceritaku sebentar sajaSekarang, karna kita bukanlah lagi kanakyang terlena oleh bayang-bayang cinta usia pandakatau terdesak oleh pikiran belum masakmari kita bangunkan cinta menggunungkekal bagai gurunabadi bagai samuderaluas bagai angkasaDiamlah, jangan lagi tangiskansajak sedih yang getircucuran darah penyairJangan lagi risaukansuara langkahku yang membanjirkarna semuanya belum berakhirPandanglah akupandanglah laut depanmuKini kubawa engkau pulang dari segala impianberjalan menyusuri setiap lorong dan jalananpulang menabikkan salam selamat malampada setiap orangMereka akan berbisik memperhatikan kita:"Seperti hidup dalam cerita pendek sajakeduanya lupa segalanya."(Aku jadi ingat sebuah syair pendekwaktu masih sekolah di kota, kata seorang perempuan tua)Maka seperti lautan di sana itukita pun berjalan terusMaka seperti anak-anak anginkita pun bersiulan bertembanganseperti bunga-bunga dan dedaunan di pagar tetamananseperi dua ekor angsa di kolam renangMaka kita pun bercakap, berceritadan berkata-kata jugaDan seperti banjir yang tanpa surutcintaku pun hadir pantang berkawan mautMaka inilah ninabobolagu penidursebelum kau terlena dalam mimpimelupakankuMaka malam yang panjang pun terasa sumbangdan cintaku berkelana dalam diam1962
Friday, April 4, 2014
Puisi Ninabobo | Budiman S Hartojo
Friday, April 04, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment