Kerabat KitaSutan Takdir Alisjahbanamasih kudengar petuamu bergetarwaktu ku tertegun di ambang pintu,melepaskan diriku dari pelukmu:“Hati-hati di rantau orang, anakku sayang,Berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir.Dimana bumi dipijak disana langit dijunjung.”Telah lama aku mengembara:Jauh rantau kujelajah,banyak selat dan sungai kuseberangi,gunung dan gurun kuedari.Baragam warna, bahasa dan budaya manusia,teman aku bersantap, bercengkerma dan bercumbu,lawan aku bertengkar dan berselisih.Di runtuhan Harapa dan Pompeyi aku ziarah,Dari menara Eifel dan Empire State Buildingaku tafkur memandang semut manusia.Di pembajaan Ruhr dan Nagasakiaku bangga melihat kesanggupan ummatberpikir, mengatur dan berbuat.Kuhanyutkan diriku dalam lautan manusiadi Time Square di New York dan di Piccadily diLondon.Kuresapkan lagu kesepian pengendara untadi gurun pasir dan batu Anatolia,saga Islandia yang megah di padang salju yang putih.Bunda,Pulang dari rantau yang jauhberita girang kubawa kepadamu,resap renungan petua keramat,sendu engkau bisikkan di ambang pintu:Dimana-mana aku menjejakkan kaki,aku berjejak di bumi yang satu.Dan langit yang kujunjungdimana-mana langit kita yang esaBunda,Alangkah luasnya dan dahsyatnya kerabat kita,kaya budi kaya hati,pusparagam ciptaan dan dambaan.Honolulu, HARI IBU, 1962Dari: Majalah Horison, Oktober 1971
Monday, March 10, 2014
Puisi Kerabat Kita | Sutan Takdir Alisjahbana
Monday, March 10, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment