Kilat CakramMardi LuhungMasih mengeram nafas inisebelum menyergap bau-tubuhmuyang tersimpan di selat itumungkin, kali ini, aku mendapatkanmulalu menjilatinya di geladak kapalsambil dikelupasi ombakyang bersap tiga-puluh-tigaombak yang di puncaknya: bunga-cahayadengan kelopak melengkung ke atas,menghunjam ke mata-bulan: bulan-batudan di mata-bulan-batu itukautudingkan seluruh pencapaianmuyang telah menggumpalkan kerangka-kalayang selama berabad-abadmembuat setapak di angkasaseperti setapak turisyang telah menghafal sekian namatapi tak pernah diingat:“Sekian cakar yang telah tertirisoleh berbagai persibakuan”lalu, siapa yang kautunggu?bukankah bunyi cangkang yang ditumbuknyali-hitam dengan rambut-merah ituadalah dengus-kegelisahan-renjanamu?renjana yang telah melimbungkan bintang-jatuhsampai akar-karang yang ruwetpun menjadi gemetar, menjadi sejumput sesajiyang membusuk di rahang-arus, lalumenjerit, sebelum tenggelam, danditangkap oleh penyelam-penyelam gaibpenyelam-penyelam gaib yang dengan rebabberkata: “Kami ambil lagi apa yang telahdibuang, kami buang lagi apa yang telah diambil,rambut yang tersanggul biarlah kami uraibiarlah juga, keliningan-kelininganterpasang di situ, sebab antara jaga dan pejam,kami selalu melingkar, menaik, turun dan kembalilagi melingkar, seperti diagram-diagrammuyang terekam di kilat-kilat cakramdisegelkan di jantung-jantung palung.”Gresik, 1998
Sunday, February 23, 2014
Puisi Kilat Cakram | Mardi Luhung
Sunday, February 23, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment