Huma yang PerihD.Zauhidhietiada lagi kerbau menguakgemertuk roda cikar terengah-engahsarat beban memuat padikelapa dan umbitiada punggung-punggung dan bahu-bahu menghambin lanjungpenuh berisi terong jagung atau pisangbelimbing sirih pinangmana keranuman tubuh ramping yang liuk-lampaitempaan alam permaidengan rambut panjang membeliut terkulaitangan halus jeriji lentikyang tiap pagi memetik melatimeraup kembang kenangamana dendang dan lenggokmu yang bersihketika pagi senja turun mandibercebur di danau jernih tenangkecipak kecibungke mana perginya orang lumpurwajah tanahkaki yang kukuh dan tangan tak pernah keringjika ke kota apa kaucaridi bawah lampu merah kuning hijausegala menyilaulebih baik kembalikelak engkau akan tersiabahagia di sana di peti matiterkubur dalamengkau ke kota atau ke mana sungguh wikanahanya di sini betapa perihtiada lenggok pohonan disintuh anginsetiap pengembara yang tersesat ke marimau tak mau mengakuisiang malam di sini tanpa pangkal ujungmau tak mau tunduk tengadahmenatap langit menjulur rendahdan matahari yang hilang wajahakan mengurut dadaketika pipit gelatik terbang ke hulumeninggalkan dahan dan ranting sambil terseduorang-orang yang tidak tentu arah meninjaulah ke maritempat peminta-minta menggelak riaraja dan pendeta meratap sendumulia hina tanpa terajubagai kolam tenang lagi jernihakankah di sini terbina sebuah istanadengan pintu jendela besar-besar dan lampu-lampu berantukanbukankah istana di kota yang pernah kulaluidahulu belantara tiada taranyapelinjangan harimau dan pelanduk bercandadan pemburu mati dikoyak-koyak beruangmenyelusup ke balik lalang berisikjengkrik kumbang atau capungmenyusun sebuah simponi beragam laguuntuk menghibur diri sendirisebisa-bisanyaalangkah merdu dan aku dibikinnya tak mau pulang
Monday, February 10, 2014
Puisi Huma yang Perih | D.Zauhidhie
Monday, February 10, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment