Fontana MaggioreAcep Zamzam NoorTiba-tiba tubuhmu penuh hujanSeperti patung di tengah air mancur ituDan waktu menjadi pohon yang ditinggalkan daun-daunAku ingat sebatang lilin di tengah laut malam hariDi sini pun cahaya memperlebar wilayah kelamnyaHingga kita bersudutan dengan tajamDalam keremangan yang mengerasKebisuan menjadi bahasaAntara undakan-undakan dan detik-detikYang menggenang. Bunyi gitar terdengar nyaringTapi segera dipatahkan angin yang runcingWajah pengamen itu menjadi pucat dan keperakanDi tengah deretan hari-hari yang menyusutDan mengembun pada patung-patungDi dinding kasar nampak bayang-bayangmuYang bergerak-gerak tanpa lakonDan orang-orang masih berjalan dengan anjingAtau anak-anak mereka yang menggigilKulihat lehermu menghijau seperti tembagaTapi segera mulut cahaya menyerapnyaKe dalam lampu-lampuTubuhmu menyusut dan menjadi percikan airKekekalan memenuhi seluruh kolamKunang-kunang terbang, menjauh dan menghilangAdalah pikiranmu yang masih terpatah-patah –Di taman-taman lain yang lebih remangKulihat jurang-jurang yang digali cahayaSeluruh hujan diterjunkan ke sana1992
Monday, February 10, 2014
Puisi Fontana Maggiore | Acep Zamzam Noor
Monday, February 10, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment