AltarMardi LuhungAltar: wadah persentuhanantara binal-sungai dan suntuk-lembahandalah arah dengan pintu berlingkarantempat para penghitungmenghitung biji-biji angin yangmenempel-nempel tanpa dinding, tanpa tebingdan pejalan, yang telah berjalanseperti kabut di balik-balik pepohonantelah menyeru keganjilan di luaransambil menggoresi rajah, rajah yang tetapdipertahankan di dalam kediaman?kediaman sebuah bangsal, “Ranjangsang-malaikat-berjubah-ganih?” Akh,sepasang burung dari dada pun terus terbangmelintasi nyali demi nyali, danhinggap persis ketika sepasang gordenjatuh dari pucuk, membungkus kabaryang terkirim lewat mawar dan taringketika seperangkat gamelanditabuh di guci-guci badaialtar: mari direguk guci-guci badai itubiarlah berderak engsel-engsel di lututsebab kilat, sebab derit, telahsaling berkelit dan saling menguntitlewat perkelahian yang telah digariskansebagai perkelahian para penempursambil menggoyang cahaya, lewatmusim demi musim, cuaca demi cuacasebelum ujungnya terjumputoleh cecabang yang ber-zig-zag-an:“Altar, apa yang tetap dipertahankandi dalam cecabang yang ber-zig-zag-an itu?”Gresik, 1998
Saturday, February 22, 2014
Puisi Altar | Mardi Luhung
Saturday, February 22, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment