Wahai Kekasih, Dekap Aku dalam CintamuJalaluddin RumiAsap yang menari bersama cinta –Wahai Kekasih, dekap aku seperti asap yang menari ituPanas yang membakar dalam apiWahai kekasih, dekap aku seperti panas membakar apiLilin cintaku terbakar oleh rasa kangenSeperti lelehan lilin ia menangisSeperti sumbu lilin yang terbakar habisWahai kekasih, dekap aku seperti lilin yangmeleleh karena sumbunya terbakar apiSaat sekarang kita berjalan bersama menyusuri jalan cintaTak dapat kita tidur lagi malam-malamDi rumah penginapan pemusik menabuh genderang dan drum –Wahai Kekasih, dekap aku seperti pejalan dan pemusik ituMalam gelap, para pecinta tak terlelapJangan ganggu mereka dengan keinginan untuk tidur sejenakSatu yang mereka inginkan, di sini bersama kitaWahai Kekasih, dekap aku seperti para pencinta luapkan cintaPenyatuan diri bagaikan sungai yang mengalir dengansepenuh godaan menuju lautMalam nanti bulan akan mencium bintang-bintangMajnun menjelma Laila –Wahai Kekasih, dekap aku seperti merekaTuhan adalah segalanyaIa menganugerahi kebaikan bagi penyair ituSegala yang kusentuh dan kulihat berubah menjadi nyala cintaWahai Kekasih, dekap aku dalam pernyataan cinta yang serupaPada hari cintamu menyentuhkuAku menjadi gila hingga kawanan orang gilamenjauhiku dan lari darikuKata-kata dari sang pujangga tak kan pernah menawanmantra yang kau sorotkan ke jiwaku lewat gerak alis mata
Saturday, January 18, 2014
Puisi Wahai Kekasih, Dekap Aku dalam Cintamu | Jalaluddin Rumi
Saturday, January 18, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment