Keroncong TuguZeffry J. AlkatiriAngin kering teluk JakartaPedas menggigit kulitMenusuk mata menjadi lebambuaya muara mengatupkan rahangDan menyembunyikan matanya yang berair.Bersama dengung snar macina, prunga,dan zitaraYang sedang distemNyamuk rawa ikut nimbrung mendengarkanPara MardijkerPenghuni wilayah Kapten JongkerMengalunkan lagu Porto buyut mereka:Dari Ceylon kita berangkatMampir dahulu di Malaka, ya nona.Lewat laut untung selamatAkhirnya sampai di BataviaTapi, sampai sekarang tetap melarat.Pagar rumput sebagian membungkukMencium air payau Ford MarundaDan Tanah Merdeka.Bulir pasir terus berjatuhanDalam gelas kaca dan membenamkanKaum Kristao bersama Tugu Padraodalam rawa.Tinggal tersisa tangan keluargaAbraham, Quiko, dan AndriesMegap menggapai tali lonceng gerejaAgar tetap bergemaMalam disayat suara biolaSeorang bayi terlelap di pangkuan ibunyaYang perlahan mendendangkanLagu Nina Bobo.1998
Monday, January 27, 2014
Puisi Keroncong Tugu | Zeffry J. Alkatiri
Monday, January 27, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment