Badai PenantianSaut Situmoranglangit sunyi. terbakarmatahari, dan angin mati.terpaku semua yang hidup di bumi.menanti.badai sembunyi di gunung gunungbadai sembunyi di hutan hutanbadai sembunyi di mata airdi danau danau di sungai sungaibadai sembunyi di kampung kampung gersangdi gunung gunung tumbang di hutan hutan arangdi tepi mata air polusi di tepi danau polusi ditepi sungai polusibadai sembunyi di pantai pantai di laut sembiludi kota kota hangus tak lagi dikenalkota kecil kota besarkotamu kotakubadai sembunyi di rumah rumah berdindingberatap debudi didih aspal jalanandi kerikil kerikil tajam mimpimudalam lagu lagu bosan anak anakmudi uban pertama istrimu yang tak maulagi ketawabadai sembunyi di aspal jalanankerikil kerikil tajam kampung kampung terlantarkota kota terbongkaryang milikmu yang milikkubadai sembunyi di kampus kampuswesel terlambatdi pabrik pabrik keringat menyengatdi penjara penjara berkakus tumpatlantai bau pantatmilikmu milikku milik kau dan akubadai sembunyi di mata mata ituyang tertunduk mendekap bumi itudi kaki kaki ituyang tertunduk menekuk di bumi itudan di kuburan pun sembunyi badaiantara nisan nisan berhurufmerah jinggadan bunga kemboha rusak daunnyabadai sembunyi di negeri ininegerimu,negeriku ini. danmenanti. menanti.
Wednesday, January 8, 2014
Puisi Badai Penantian | Saut Situmorang
Wednesday, January 08, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment