Gudang Tua 1933Arman Yuli PrasetyaAku dapat melihatnyaKoloni kelelawar terbang pada langit senjaDari mulut gudang tuaTertera tahun 1933Seumuran dengan kakekYang sudah menutup mataTiap senja disiniGudang tua itu beranak kelelawarGudang itu seperti kakek yang ringkihDisekitarnya sawah hijau berderet-deretBerada agak jauh bentangan rel menyeret keretaSetelah bangunan rubuh digusur atau dihilangkanTak jauh ada jalan yang mengaduh karena panasMenguap lirih malam menyelimutinya dengan embunTerkantuk dalam sepi dingin dan menggigilTerasa jauh permai nan hijau dikaki gunungAtau pesisir membentang rebukan pasirBukan disana gudang tua itu beradaGedung-gedung yang tumbuh pada atap kotaGemerlap menyala pada malamnyaBidadari yang telah terbakar sayapnyaMengitari lampu-lampu yang menyalaGudang tua itu tak ku lihat disanaAku baringkan daun-daun yang kering itu pada tanahAgar dibawa angin melayang dan berpindahMenuju laut yang luas dan jauhAtau pada sungai yang berkelok-kelok panjangMungkin akan sampai pada gunung yang redup terjal dan tenangHingga tau akan melayang-layang lagi ke tanahGudang itu seperti sendirian saat malamSesekali angin mengusap tiang-tiangnyaYang kian lama kian rapuhDulu entah karena apaApi yang menyala-nyalaOrang-orang tega menanam yang lainyaDi sana pada gudang tua ituDisiram dengan luka-luka yang anyirApa memang itu yang diperlukan untuk sebuah sejarahLihatlah langit senja diatas gudang tuaMenerbangkan beribu-ribu kelelawar ke angkasaAku tak pernah tau entah akan kemana kelelawar ituBojonegoro, 04-05-2013
Saturday, May 11, 2013
Puisi Gudang Tua 1933 | Arman Yuli Prasetya
Saturday, May 11, 2013 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment