Sebagai Puisi
Dadang Ari Murti
secangkir sepi yang kau tawarkan untukku
semangkuk rindu yang kau suguhkan untukku
masih mengepul di atas meja makan
sebaris senyummu masih terlalu jauh
melambai di antara gerimis yang sempat singgah
di teras rumahmu
tak ada yang bisa kuartikan atau sekedar kuterjemahkan
sebagai puisi
getar serapahmu yang terlunta-lunta di sela-sela
nisan pekuburan ki ageng bungkul
serupa peziarah
yang dikelilingi melankoli
taburan bunga, isak tangis dan masa lalu
sekumpulan peminta-minta, penjual doa denga mata terpejam,
baju koko lusuh dan kitab koyak moyak,
memanjat senja yang mulai lelah
kemudian kau minta aku untuk tidak mengingat apa-apa
sebab kau ingin menjadi kupu-kupu
dan aku masih seekor ulat bulu
namun gemuruh yang datang tiba-tiba itu
membawa orang-orang baru
dengan fedora abu-abu, dan traktor-traktor raksasa
tumpukan semen, batu bata, juga beton, dan derap sepatu
boat yang menakutkan, mengganti ilalang dengan
deretan wc umum yang kakus-kakusnya lebih wangi
dari kamar kita
memaksamu pergi ke tempat yang aku tak tahu
sebelum sempat kukabarkan aku tak akan mampu
melupakanmu
dan tahun-tahun yang terbentang setelah itu
yang memisahkan aku dan kamu
adalah sepi
adalah rindu
yang membeku di ujung pena
namun tetap tak dapat kuartikan atau kuterjemahkan
sebagai puisi.
Surabaya, 2008
Tuesday, February 14, 2012
Sebagai Puisi | Dadang Ari Murti
Tuesday, February 14, 2012 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment