Selokan Mataram, Suatu Pagi
Mutia Sukma
terpejam aku di tepi-tepi mimpimu
yang dingin
air yang hitam, penggilingan padi,
lapak-lapak kecil dan rumah-rumah
orang kaya
barang kali,
ketika tak sepagi ini
tak seperti ini rasanya,
meski kota
desa juga suasana yang kurasa
aku dan kamu
menjadi sepasang pecinta yang
mudah kagum
pada matahari yang terpantul di air
jembatan kayu tua yang lapuk
juga tangga yang menurun ke sungai,
atau menurun ke hatimu?
barangkali,
belum lengkap kita menikmati suasana
sebab pagi begitu cepat
sebab dirimu tampak begitu singkat.
Perubahan
segalanya yang terlihat indah
akan berubah di dunia ini
seperti bunga-bunga palsu itu
yang memutih dan lilinnya
mengelupas
di jalan raya
orang pemegang surat kemudi
mematuhi aturan lalu lintas
berhenti pada tempatnya
dan parkir di arena yang disediakan
tapi kota hanya boleh ditinggali orang
yang mau tak peduli dengan apa pun
marka jalan dibangun untuk dibiarkan
mengelupas lalu berkarat
segala yang terlihat indah
akan berubah di dunia ini
seperti cinta yang mulamula makin tak ada
museum-museum didirikan untuk
dipuja saat tua
tapi puisi kenangan dicipta
menjelma sayap burung
yang terbang dan entah bersarang di mana
Juli 2010
Saturday, February 18, 2012
Puisi Selokan Mataram, Suatu Pagi | Mutia Sukma
Saturday, February 18, 2012 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment