Kepada Kinanthi Anakku
dhandhanggula mengalun padamu, setiap malam menjelang dan ambang senja berlalu. ruh dan jiwa kami berbiak cemas-cinta dan tiupan doa di ubun-ubunmu. kami ingin redakan kata-kata menjadi bisikan lembut pengantar tidurmu, agar pupus isak tangis dalam lelapmu seiring pupuh-pupuh yang kami bacakan dalam lubuk dada. kami tak hafal tembang purba ini, hanya larik-larik kata yang kami kais dari ingatan usang. namun kami tahu engkau mengerti betapa kami tak mampu menanggung luh tangismu.
bacalah, seperti kau sibuk mengeja nama-nama benda, merabai tekstur dan ulir, memindai warna dan matra. bacalah mantra dalam kata-katamu sendiri yang kau pinjam dari bahasa langit, sebagaimana kami mengeja hujan yang mematuk-matuk jendela seperti morse isyarat rahasia. sebab kami tak ingin berhenti berguru padamu, mengaji setiap helai detik yang terjilid rapi dalam buku harianmu.
Dimuat di Suara Merdeka edisi Minggu, 01 Agustus 2010
TS Pinang
Sumber : www.titiknol.com
dhandhanggula mengalun padamu, setiap malam menjelang dan ambang senja berlalu. ruh dan jiwa kami berbiak cemas-cinta dan tiupan doa di ubun-ubunmu. kami ingin redakan kata-kata menjadi bisikan lembut pengantar tidurmu, agar pupus isak tangis dalam lelapmu seiring pupuh-pupuh yang kami bacakan dalam lubuk dada. kami tak hafal tembang purba ini, hanya larik-larik kata yang kami kais dari ingatan usang. namun kami tahu engkau mengerti betapa kami tak mampu menanggung luh tangismu.
bacalah, seperti kau sibuk mengeja nama-nama benda, merabai tekstur dan ulir, memindai warna dan matra. bacalah mantra dalam kata-katamu sendiri yang kau pinjam dari bahasa langit, sebagaimana kami mengeja hujan yang mematuk-matuk jendela seperti morse isyarat rahasia. sebab kami tak ingin berhenti berguru padamu, mengaji setiap helai detik yang terjilid rapi dalam buku harianmu.
Dimuat di Suara Merdeka edisi Minggu, 01 Agustus 2010
TS Pinang
Sumber : www.titiknol.com
0 komentar:
Post a Comment