Hujan Pertama
Isbedy Stiawan ZS
hujan yang pertama luruh
setelah berbulan-bulan kemarau - panjang –
tak juga membuat kota ini basah
seperti bibirmu berwarna gincu
merayu ia untuk berenang - sejenak –
melupakan letih, menarikan musafir
kota yang dikelilingi laut
perahu-perahu sandar
di mana pula bandar?
rumah-rumah malam terang
namun sepanjang trotoar tetap remang
dan kau turun sebagai hujan
dari rambutmu memancur air
dari bibirmu tercipta anaksungai
agar ia berteduh
melepas lenguh
- di sini tak perlu keluh -
hanya dengan 200 ribu
kau dapat berlabuh
sekadar menyegarkan pembuluh
di dalam kota tumpah angin
laut, - layar kapal mengembang –
jika takut masuk angin
merapatlah semakin ingin
hanya dengan 200 ribu,
katamu, ia akan berlayar
menembus laut hitam
kota-kota legam
dalam waktu yang diam
meninggalkan riuh
melambai pada sepi!
(kota ini kembali membawa
padanya ingatan
tentang persahabatan
dan perpisahan
tahun-tahun silam)
dan kini ia susuri
setiap nama jalan, gang,
ataupun lorong: mengingat
nomor-nomor rumah
yang kiranya sudah banyak berubah
dan lenyap oleh cuaca
kemarau tahun ini lebih lama
hujan yang pertama luruh
tak membuat kota ini basah
terdengar desah
ia makin gelisah!
makasar 9/2006
Friday, June 25, 2010
Sajak Hujan Pertama | Isbedy Stiawan
Friday, June 25, 2010 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment