UNTUK IBU
Yayat Hendayana
Doa Angkatan Kami (1963-1966)
dengan apa bisa kunilai cintamu, ibu
yang mengendap sampai ke dasar-dasar segara
karena aku sendiri adalah angin kemarau
yang tak pernah berhasil memberikan setitik cinta
kalau kauperhitungkan kasihmu, ibu
yang tertimbun sampai ke puncak-puncak menara
bagaimana aku sanggup membayarnya
karena aku sendiri belum lagi punya harga
selalu kudengar dari bisik-bisik hatimu
tiap kali kaugendong aku dan kautiup ubun-ubunku
cinta serta kasih sayang kaucurahkan
pada tiap-tiap kedip mata dan tetesan air susu
adalah restu meski akan dibalas empedu
tapi aku juga punya hati, ibu
yang kutahu takkan selebar hatimu
kuharapkan padanya kesabaran dekat padamu
sampai datang seorang pembawa rahmat
yang melepas kita dari duka dan melarat
Desember 1963
IBUNDA
Ajip Rosidi
Ia terbujur
Bumi subur
Lembah-lembah dan gunung
Telentang tenang
Tangannya mengusap sayang
Perut mengandung.
Matanya nyalang
Langit-langit pun hilang
Karena langit penuh bintang
Dan pahlawan menyandang pedang
Naik kuda hitam zanggi
Adalah masadepan si-jabang
yang dalam rahim
menggeliat geli.
la memejam
Menahan nyeri.
Lalu terbayang
Bundanya tersenyum di ambang
"Tidakkah dahulu
Kusakiti juga bundaku?"
Keringat bermanik bening
Atas jidat, kening.
Ia mengerang
Dan malam yang lengang
Mendengar lantang
Teriakan si-jabang.
1961
Jeram 3 Kumpulan Sajak
IBUNDA
WS Rendra (Malam Stanza)
Engkau adalah bumi, Mama
aku adalah angin yang kembara.
Engkau adalah kesuburan
atau restu atau kerbau bantaian.
Kuciumi wajahmu wangi kopi
dan juga kuinjaki sambil pergi
kerna wajah bunda adalah bumi.
Cinta dan korban tak bisa dibagi.
Sunday, May 16, 2010
Kumpulan Puisi Tentang Ibu | Puisi Untuk Ibu
Sunday, May 16, 2010 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment