Isbedy Stiawan ZS
celupkan kakimu ke sungai ini
airnya akan membawa anganmu
ke dalam istana tua
raja yang berdiri di ambang
melesatkan tulang dan bawang
ke tubuhmu yang lekang
di sungai ini kau menulis prasasti
suaranya sampai ke laut cina
melampaui sriwijaya dan pagaruyung
yang mengendap juga ke dalam buku
“inilah kota dimana orangnya
menyantap tubuh manusia
yang mengambang di sungai
laksana gabus
yang juga dilempar ke sini
jadi cerita sampai kini,” katamu
dan museum tak pernah henti
menyuarakan kota yang kini tua
diselimuti kabut dan kemelut
oleh perebutan ulayat
yang tak habis-habis
sampai orang-orangnya terpinggir
ke dekat gigir
aku pun teringat
makam bapak ada di sini
setelah bertahun-tahun
ngembara mencari raja
matinya di sini jua
jauh dari istana
seperti para pengembara
yang terbang jauh
di kampung juga ia jatuh
menelan teluh!
kota tua,
sungai yang keruh
orang-orang ngembara
tinggal sepi menanti
menjaga sejengkal tanah
untuk makam kami
di antara deru
dan kesunyian
yang dibangun
oleh waktu yang berlari
memburu dunia
celupkan kakimu ke sungai ini
airnya akan membawa anganmu
ke dalam istana tua
raja yang berdiri di ambang
melesatkan tulang dan bawang
bagi pendatang
kusematkan persaudaraan
dari rahim ibu
yang sama
bersila di lamban 1
dalam satu kata
“ini kota dimana
kita dilahirkan,
jaga sampai
raja benar-benar tiba.”
sebagaimana dalam cerita
tertulis di lontar
entah itu legenda?
tapi, darah kita
sewarna
dilahirkan dari
ibu yang satu
di dalam sesat agung 2
2002/2003
Wednesday, May 19, 2010
DI AMBANG
Wednesday, May 19, 2010 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment