Isbedy Stiawan ZS
Kita telah sampai di pantai. Matamu jadi sampan, menyimpan
sobekan layar.
Kau sulap batang bakau jadi kemudi, dan kau biarkan aku merana di tepi
pantai ini.
Tak mungkin nuh akan kembali setelah kecewa mengenang putranya.
Serupa aku kini yang tak ingin
mengingat betapa jauh perjalanan telah dilintasi.
Kau lihat,kedua telapak kakiku
pecah-pecah, tak lagi bisa menulis silsilah
ombak dulu juga yang menghapus segala sejarah. Kenangan
kenangan tak bertanda,
tanda tanda yang tak terbaca.
Serupa buku tanpa lagi punya halaman
Kita telah berada di tepi pantai. Rambutmu jadi nyiur, wajahmu
menyimpan angin. Ombak
menanti kita berlayar di tubuhnya. Menggapai gemuruh,
memeluk pulau pulau-Nya.
Sebab, di laut ini aku jadi imam bagimu. menegakkan hati setiap
ombak menyapa. Dan, sobekan layar jadi sajadah
berwaktu waktu kita sujud. Meniupkan takbir
Kita telah sampai. Jangan lupa melayari ruh. sampan yang
menjelma dari matamu
membelah rahasia. Di mana mesti kupulangkan makanan ini,
sebab mihrab milik Imran
tinggal kenangan?
“Di mana pun kau melangkah, di situ mihrab kepunyaan-Nya,”
katamu. Dari wajahmu,
angin melajukan sampan. Kulintasi pulau demi pulau…
“O, bila pelayaranku ini sampai?”
Aku kehilangan tanya
2002-08-23
Tuesday, May 18, 2010
BILA PELAYARANKU SAMPAI
Tuesday, May 18, 2010 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment