Surat-suratku Kepada Gusti NaraEdiruslan PE AmanrizaMasih ingatkah engkau surat pertama yang kukirim kepadamu. Disehelai kertas kumal kutulis dengan pensil, di sana kunyatakan :Gusti Nara aku cinta kepadamu.Dan di dalamnya kuselipkan uang 50 sen.Kau pun berlari ke bawah pokok asam di kaki bukit, dengan hatiberdebar kau membacanya. Tapi seorang kawanmu akhirnya men-jadi pangkal bala, ia mengadukan hal itu kepada guru. Kau masihingat guru merotan telapak tanganku?Aku menjerit dan melompat dari jendela.Sejak itu aku tak datang-datang lagi ke madrasah.Sekarang rumah sekolah di kaki bukit itu sudah rubuh. Tapipokok asam - tempat pertama kau membaca suratku dan membe-lanjakan uang 50 sen kepada pecal mak Siti - masih berdiri dengankukuh, dan aku pun masih ingat kepadamu.Di landai bebukitan itu kini tumbuh pohon dan ilalang. Anak-anaktidak lagi bermain layang-layang seperti ketika landai itu masihtanah lapang dan aku di sana termangu menantimu dari ladang.Nara, mereka semua sudah jadi dewasa - tentu - dan tinggal diJakarta.Terakhir kudengar kau di Waterford-Connecticut menjadi guru.Dan si bule, senator yang suamimu itu akan mondar-mandir Con-necticut-New York. Suratkabar selalu memberitakan kecamannyaterhadap perang Indochina ke II, tapi lupa pada kesepianmu. Dankau pun tak pernah menulis ke Indonesia, kepadaku. Sedang akutahu pasti murid-muridmu tak cukup memberikan keceriaan ke-padamu. Lantas kau mencoba melerai kesepian itu dengan mem-baca novel-novel Agatha Christy, Emile Zola, Lady Chatteley'sLover-DH Lawrence dan Papilon Henri Charriere serta kakek tuaHemingway tapi kau lupa membaca Profil and Courage JF Ken-nedy.Dan tidak kau temui di sana desah cemara di Bulak Sumur, deburombak pantai padang tidak seperti di Dover Beach.Meskipun pasti kau tidak akan membenamkan tangisan ke bantal-bantalmu yang harum. Kau tidak lagi cukup remaja untuk ituterlebih-lebih sangat berbahaya bagi penyakit matamu.Tapi juga aku tak dapat menceritakan kebanggaan kampung kita.Ladang-ladang di sini sudah tak ada lagi. Tanah-tanahnya sudah di-beli sebuah maskapai perminyakan.Highway sepanjang Bukitbarisan itu tak jadi siap. Menteri pem-bangunannya ditangkap, terlibat korupsi. Setelah itu tak ada lagiyang berniat meneruskannya.Meskipun negeri pekan kemis di kaki bukit kawin itu sudah men-jadi objek pariwisata tapi Mursal Esten dalam pemilihan tahun laluditolak menjadi menteri perdagangan. Ia kini berdagang hasil-hasilukiran kawan-kawan yang tak tamat ASRI.Wisran sudah meninggal, jabatan terakhirnya ketua RT di lapai.Tapi salah seorang anaknya memimpin tonil keliling.Leon Agusta penyair yang gondrong itu sekarang di Kuala Lumpur,ia menjabat rektor pada universiti kebangsaan.Wunuldhe Syaffinal berhasil menjadi penyair terkenal, ia telahpun menulis beberapa novel yang sangat laris di negara-negaraASEAN, tapi gagal menjadi polisi.Abrar Yusra dan Chairul Haran sudah pindah ke Lubuk Alungberkedai di pinggir jalan.Rusli Marzuki Saria dan Hamid Jabbar kini memimpin pesantrenwanita di Kayu Tanam.Tapi nasib malang menimpa Ibrahim Sattah, ia tenggelam dalamperjalanan antara Laut Cina Selatan dan Tanjung Pinang tanpamenyandang salib.Irsyadi Nurdin Yassan kehilangan satu suku kata namanya kemu-dian kehilangan nyawa.AA Navis sekarang memimpin Horison. Majalah sastra dan kebu-dayaan itu sudah beroplag puluhan juta dan menjadi bacaan wajibdi Universitas Riau.Seluruh seniman besar yang di Jawa dulu – yang masih hidup –sudah menjadi pembesar dan kini mereka mengerjakan apa yangdulu ditentangnya.Yang lain-lain sebagaimana adanya terlihat pada negeri sedang ber-kembang : bencana alambencana manusiaNara, masih ingat kau anak-anak Koes Plus?pada sebuah bait dari Nusantara, mereka bernyanyi:“tanahnya subur seperti tubuhku”Dan tubuh mereka yang menyanyikan itu ceking-ceking.Gusti Nara,Aku sampai kini belum juga nikah, meskipun dokter bilang akutidak impoten tapi orang-orang tua kalau tidak kaya di Indonesiatidak laku.Kudengar juga kau tak punya anak, mandul. Tak apa.Kalau sekali ada kesempatan dalam hidupmu kembali ke kampungdan umpamanya aku sudah tiada. Lihatlah sebuah rumah di kakilembah itu. Di halamannya kutanam sejuta bunga yang belumkuberi nama, di landai bebukitan itu kutanam cengkeh dan kulitmanis, sebuah kolam di bawahnya hidup bermacam-macam ikan.Tolong kau uruskan ke penghulu dan camat sertipikatnya agartanah ini jangan sempat diambil maskapai perminyakan itu, mes-kipun lautan minyak di bawahnya berombak dengan dahsyatnya.Gusti Nara,Cuma itu pesankuAku sudah sangat tuaKalau umurku masih dalam beberapa tahun ini tentu akuakan menyurat lagi kepadamuBarangkali saja kau mau tahu tentang perkembangan musik popdi kampung kitaGustiKembalilah ke Indonesia1975/1978
Wednesday, February 5, 2014
Puisi Surat-suratku Kepada Gusti Nara | Ediruslan PE Amanriza
Wednesday, February 05, 2014 Diposting oleh kumpulankaryapuisi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment